Jumat 03 Feb 2017 17:50 WIB

Opini Negatif Terhadap MUI Akibat Ketidakpahaman

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Ilham
Logo MUI
Logo MUI

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Munculnya opini negatif terhadap Majelis Ulama Indonesia (MUI) terkait keluarnya fatwa akhir-akhir ini lebih disebabkan oleh ketidakpahaman masyarakat tentang peran dan fungsi MUI secara utuh. Akibatnya, masih banyak yang memaknai dan menafsirkan fatwa MUI dengan sudut pandang politik.

“Maka tidak ketemu, karena fatwa MUI muncul semata pendekatan keagamaan untuk kepentingan umat. Bukan pendekatan aspek lain, apalagi politik,” kata Ketua Umum MUI Jawa Tengah, KH Ahmad Daroji MSi, dalam dialog dengan 30 awak media, di kantor MUI Jawa Tengah, Semarang, Jumat (3/2).

MUI Jawa Tengah dapat memahami atas kuatnya opini publik yang cenderung negatif tentang kiprah MUI. Terutama terkait dengan fatwa-fatwa para ulama yang dikeluarkan. Untuk itu, para pengurus MUI Jawa Tengah menyerukan pentingnya menjaga ‘kesejukan’ umat di tengah situasi dan kondisi bangsa yang disebutnya sedang ‘tidak normal’ seperti sekarang ini.

Siapa pun yang merasa bagian dari bangsa Indonesia dituntut untuk bersama-sama menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Salah satunya dengan berkontribusi menjaga kesejukan umat dan masyarakat. “Sehingga, umat tak terombang-ambing oleh berbagai manuver politik yang saling bertabrakan akhir-akhir ini,” katanya.

Terkait hal ini, Ahmad Daroji juga menjelaskan, MUI Jawa Tengah menganggap penting dialog dengan media massa. “Karena media massa merupakan jembatan bagi MUI dalam menyosialisasikan program dan kiprahnya dalam membina umat,” katanya, dalam forum dialoh yang juga dihadiri Ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) MUI Jawa Tengah, Drs KH Ali Mufiz MPA serta Ketua PWI Jawa Tengah, Amir Machmud NS ini.

Ketua Wantim MUI Jawa Tengah, Ali Mufiz juga merespons positif dialog dengan awak media. Menurutnya, ini menjadi forum yang sangat penting guna penyampaian pesan ke publik agar bisa diterima sesuai dengan apa yang diharapan.

Dalam menjaga keutuhan umat, MUI mengedepankan nilai-nilai Islam Rahmatan Lilalamin atau Islam moderat. Tentu, nilai moderat ini lebih gampang untuk diterima oleh semua lapisan masyarakat.

Ali meminta, di tengah kehidupan berbangsa yang ‘labil’ ini, semua pihak agar saling menghormati dan saling menjaga diri. Bila berbahasa pun agar memilih dikasi yang tepat bukan diksi yang berpotensi fatal. “Bila tak dapat berbahasa yang baik, ya lebih baik diam, mengikuti sunah Rasul,” tegas mantan Wakil  Gubernur Jawa Tengah ini.

Sedangkan Ketua PWI Jawa Tengah, Amir Machmud NS menegaskan, ada peran vital media untuk ikut berkontribusi menciptakan suasana sejuk di tengah masyarakat. Saat ini lagi berkembang sikap toleran dan intoleran. Maka melalui agenda setting dan agenda framing, media massa harus mampu memberi kesejukan.

Menurutnya, pers kini terkena imbas dengan maraknya informasi Hoax. Sehingga ketika muncul berita yang benar pun, saat inipun masih dipertanyakan kebenarannya.

Oleh karena itu, disiplin verifikasi harus dikembangkan untuk membangkitkan kembali kepercayaan publik atas mewabahnya informasi hoax ini. “Intinya, pesan yang mengadung nilai positif, manfaat dan mencerahan harus sampai secara utuh ke masyarakat lewat disiplin verifikasi ini,” tandasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement