REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama Said Aqil Siradj pada acara puncak Hari Lahir NU menyampaikan peran ormas yang dipimpinnya dalam mencegah radikalisme beragama di Indonesia. "NU antiradikalisme dan tentu cinta Tanah Air," kata Said di Kantor PBNU, Jakarta, Selasa (31/1).
Dia menjamin tidak ada kader NU yang terlibat radikalisme, makar atau tindakan anti-NKRI lainnya. Hal itu, kata dia, dicontohkan oleh anggota NU dari kalangan bawah hingga elite NU. Kalangan kiai yang menjadi motor pergerakan ormas NU juga telah mencontohkan jika radikalisme tidak senapas dengan Islam.
Kiai NU di berbagai penjuru Indonesia, kata dia, akan selalu menggunakan pendekatan Islam rahmatan lil'alamin ketika menyampaikan materi agama. Pendekatan itu tidak dilakukan dengan memaksakan nilai-nilai Islam agar diterima mentah-mentah.
Akan tetapi, lanjut Said, nilai Islam disandingkan dengan budaya lokal sehingga tidak terjadi gegar budaya. Kiai NU mengedepankan dakwah kultural.
Budaya, kata dia, akan mennjadi infrastruktur masyarakat. Sementara agama akan menjadi infrastruktur di atas budaya.
Said berpendapat sebaiknya Islam tetap mengakomodir budaya lokal. Alasannya, jika budaya langgeng maka Islam akan semakin kuat dengan catatan kultur itu tidak boleh bertentangan dengan syariah.
"Budaya lokal bisa menjadi hukum syariah selama tidak bertentangan dengan Islam. Itulah kenapa radikalisme itu tidak pernah sejalan dengan NU," kata dia.