REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Secara umum, Sana'a dibagi menjadi dua bagian, yakni Distrik Kota Tua (al-Qadeemah) dan Kota Baru (al-Jadid). Kota Tua terbilang lebih kecil dan masih mempertahankan warisan tradisi kultur para saudagar. Sementara, Kota Baru tak beda jauh dengan kota urban lainnya. Sebagian besar Kota Baru dibangun pada 1960-an saat Sana'a ditunjuk sebagai ibu kota negara.
UNESCO menetapkan Sana'a sebagai Situs Warisan Dunia pada 1986. Karena itu, dilakukan usaha untuk menjaga bangunan-bangunan tua di Sana'a, seperti Samsarh dan Masjid Agung.
Dikelilingi dinding tanah liat setinggi sembilan hingga 14 meter, Kota Tua Sana'a memiliki lebih dari 100 masjid, 12 pemandian, dan 6.500 rumah. Beberapa rumah lama yang memiliki beberapa lantai tetap bertahan. Pada umumnya, rumah-rumah itu dihiasi beberapa ornamen dan jendela kaca.
Di area Kota Tua ini, arsitektur bangunannya memiliki perbedaan karakter visual dibandingkan bagian kota Sana'a lainnya. Kebanyakan bangunan di sini merupakan bangunan bertingkat dengan dekorasi geometris.
Salah satu atraksi yang terkenal di Sana'a adalah Suq al-Milh (Pasar Garam). Di sini, garam bisa dibeli dengan roti, rempah, kismis, kapas, tembaga, gerabah, barang-barang perak, dan barang antik. Masjid Agung di kota tua merupakan salah satu masjid tertua di dunia. Gerbang Yaman (Bab al-Yemen) yang berumur lebih dari 1.000 tahun merupakan ikon pintu masuk Kota Tua.
Area komersial di Kota Tua yang terkenal, Al Madina, berkembang demikian cepat. Selain terdapat tiga hotel besar, di sana juga terdapat banyak toko, restoran, taman-taman, serta istana kepresidenan.
Dapat dikatakan, keseluruhan bagian Kota Tua adalah karya seni dan cara terbaik menikmatinya adalah menyusuri distrik ini tanpa terburu-buru. Area ini terpelihara dengan baik sehingga menyenangkan untuk menjelajahi tiap gangnya.
(Baca: Kota Sana'a Harta Karun Timur Tengah)