Jumat 20 Jan 2017 10:46 WIB

Imam Besar Al-Azhar Serukan Perdamaian di Myanmar

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agus Yulianto
Imam Besar Al Azhar Ahmed el-Tayeb
Imam Besar Al Azhar Ahmed el-Tayeb

REPUBLIKA.CO.ID,  KAIRO -- Imam Besar Al-Azhar, Mesir, Ahmed al-Tayeb, menyerukan perdamaian di Myanmar dan menghentikan aksi kekerasn oleh penganut Buddha Rakhine terhadap Muslim Rohingnya. Dalam sebuah forum bertajuk 'Toward a Civilized Humanitarian Dialogue for Myanmar Citizens', al-Tayeb menyampaikan ada sekitar 500 juta pemeluk Buddha di dunia.

Dalam forum itu, al-Tayeb meminta pertumpahan darah dihentikan dan semua pihak bekerja sama melunakkan hati orang-orang di wilayah intoleran itu. "Ajaran Buddah menempatkan kemanusiaan dan etika di urutan pertama," kata al-Tayeb seperti dikutip //Al-Monitor//, Rabu (18/1).

Dia mengatakan, Buddha yanh pendiam adalah figur besar dalam sejarah manusia. Buddha juga mengajarkan ketenangan dan rasionalitas. Para sejarawan mendeskripsikan pesan Buddha sebagai salah satu welas asih yang tak lekang waktu dan Buddha sebagai sosok penuh damai. "Ajaran Buddha fokus pada kasih sayang dan banyak berbuat baik kepada orang lain," ungkap al-Tayeb.

Sayangnya, pernyataan al-Tayeb ini kurang diterima baik oleh sebagian Muslim di Kairo. Ada yang berpendapat pernyataan al-Tayeb menyeru perdamaian berjalan bersama aksi sektarian.

Hal ini kemudian coba diluruskan Dekan Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar, Rajab Qazamil. Qazamil mengatakan, Imam Besar Al-Azhar merupakan profesor bidang agama dan memperlajari banyak agama sebelum mengajarkannya. Saat bicara Buddhisme, Al-Tayeb bicara soal ajarannya yang punya fokus besar pada kemanusiaan bukan pada monotheis.

"Imam Besar Al-Azhar menyeru toleransi dan kesamaan persepsi bahwa mencuri, berbohong, dan membunuh jelas dilarang semua agama. Al-Tayeb menekankan agar pemuda di Myanmar menanam benih damai, diseminasi kultur warga negara dan menghilangkan konsep minoritas," ungkap Qazamil.

Ia mengatakan, banyak warga Mesir yang jadi punya pandangan negatif tentang Buddhisme pasca-aksi kekerasan dan pembunuhan warga Muslim di Burma. Meskipun warga Mesir juga tahu, tidak semua pemeluk Buddha berlaku demikian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement