Rabu 18 Jan 2017 17:30 WIB

Perajin Spanyol Gunakan Cara Tradisional Arab Produksi Gerabah Andalusia

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agung Sasongko
Produk gerabah Granada di Era Kejayaan Islam.
Foto: ceramicstoday.com
Produk gerabah Granada di Era Kejayaan Islam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berapa lamakah waktu yang dibutuhkan untuk menghadirkan sebuah museum bernama Jun's Pavilion of the  Arts? Jawabannya bisa mencengangkan. Pendirinya, Miguel Ruiz Jimenez butuh 15 tahun untuk  membangun museum ini beserta studi, membangun auditorium dan fasilitas riset.

Jimenez mempekerjakan 24 orang untuk memproduksi gerabah Andalusia. Ia masih  mengikuti cara Arab tradisional dalam membuat gerabah emas Andalusia.

Meski terlahir dari seorang ayah yang juga pengrajin  gerabah granadino, Jimenez mengambil langkah  berbeda dari ayahnya. Saat ia melihat vas-vas Alhambra,  Jimenez memerhatikan dan jatuh cinta. Setelah  direnungkan, ia memutuskan untuk membuat vas-vas semacam itu dengan cita rasa seni Andalusia.

Jimenez tak main-main. Ia belajar kimia dan mengunjungi banyak tempat di berbagai belahan dunia yang diperkirakan menyimpan koleksi seni Dinasti Nasriyah. Sayang, tak ada sumber asli tangan pertama yang  bisa ditelaah terkait seni gerabah Andalusia. Dari periode  Dinasti Nasriyah, Jimenez hanya tahu beberapa seniman,  seperti Suleiman Alfaqui, Sancho Almurci, Hadmet Albane, Felipe Frances, Abud Aziz, dan Abel Allah Alfogey. Dari teknik  mereka, Jimenez masih merasa kurang.

(Baca: Gerabah, Komoditas Unggulan Granada)

Pada 1990-an, Jimenez memublikasikan cerita riset dan  usahanya mereplikasi keramik Andalusia dalam sebuah  buku, The Epic of Clay. Karya seni gerabah yang  mengesankan dari Dinasti Nasriyah, menurut Jimenez, merupakan hasil formulasi dan eksekusi teknik yang  presisi.

Untuk memproduksi replika gerabah Dinasti Nasriyah, Jimenez tak  hanya mengumpulkan bahan lokal, tapi juga material dari  Cina, Afrika Selatan, Inggris, dan Prancis. Selama empat  dekade berkarya dan bereksperimen, ia menemukan kayu  gunung dari tanaman thyme, rosemary, dan gorse yang  menghasilkan suhu tinggi dengan asap tak begitu tebal.

Ia juga menekuni seni gambar geometri, motif floral, kaligrafi, dan aneka motif lain dari era Dinasti Nasriyah.  Untuk sebuah vas Alhambra dengan tinggi 1,5 meter, Jimenez menghabiskan waktu sebulan tenggelam dalam pengerjaannya. Ia sendiri percaya, untuk menyatu dan  menguasai seni kerajinan Andalusia, kuncinya adalah  menyentuh tiap keping material dengan sentuhan  kemanusiaan, sentuhan akan impresi dan sentimental.

Makin didalami, makin terlihat ada dimensi spiritual dalam  kerja-kerja para seniman gerabah emas ini. Dalam menghasilkan karya ini ada interaksi dan hubungan intens sang seniman dengan tanah liat, pewarna, dan api ditambah ketajaman observasi dan pengetahuan sains.

Apakah vas bergaya amphora yang Jimenez buat sama  persis dengan aslinya? Jimenez menyatakan, ada asimilasi dalam proses seni. Mereplika sebuah karya butuh interpretasi dan akan ada tambahan sentuhan personal sang seniman pada sebuah karya. Bila ada material yang  tak ia kenal, Jimenez akan mencari tahu, mempelajari,  atau membuatnya sendiri.

Proses pembakaran bisa dibilang yang tersulit. Untuk  masuk pada fase ini, seorang seniman gerabah harus  mengerti tungku yang ia gunakan. Termasuk mekanisme aliran udara, koneksi antara pembakaran dan panas yang dihasilkan, penempatan gerabah agar pembakaran sesuai ekspektasi, durasi, dan pengaturan tingkat oksigen dalam proses pembakaran.

Pun soal asap yang dihasilkan. Menurut Jimenez, seorang seniman gerabah emas harus membayangkannya karena ini sulit dijelaskan. ''Ini pekerjaan eksperimental, penuh percobaan dan membandingkan,'' kata dia. 

(Baca Juga: Ciri Khas Produk Gerabah Alhambra)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement