Ahad 01 Jan 2017 05:13 WIB

Bangun Indonesia Mulai dari Diri yang Ikhlas

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Agus Yulianto
Mantan ketua MK Mahfud MD.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Mantan ketua MK Mahfud MD.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Membangun Negara Indonesia ke depan harus mengingat masa lalu, karena dari sejarah.  Sebagaimana para pejuang dalam memperjuangkan bangsa ini dengan ikhlas, tanpa pamrih kecuali keinginan melaksanakan perintah Allah.

Hal itu dikemukakan mantan ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD pada saat memberikan tausiah yang kedua pada puncak Tabligh Akbar Muhasabah Akhir Tahun 2016 dengan tema “Indonesia Ikhas”, yang diselenggarakan Republika bekerja sama dengan dengan Corps Dakwah Masjid Syuhada, di Masjid Syuhada Yogyakarta, Sabtu (31/12).

Negara lahir dari kesepakatan yang luhur dan dari keikhlasan para pejuang. Kalau saling memaksa tidak akan ada Negara Indonesia, misalnya hanya mau kalau Negara Islam berdiri, karena banyak orang Islam menolak, demikian pula negara sekuler juga tidak bisa berdiri.   

"Karena itu  marilah kita jaga Indonesia ikhlas yakni negara ini  harus dijaga. Indonesia yang ikhlas adalah Indonesia yang menghendaki ketulusan kita untuk membangun bangsa dan negara ini secara bersama-sama penuh keikhlasan dalam rangka mengharap ridha Allah," ucap dia.

Negara ini harus diperjuangkan karena lahir dengan perjuangan yang ikhlas. Perjuangan yang ikhlas itu penuh kesabaran, menerima yang diberikan oleh Allah. Sabar itu perlu ngamuk, bukan hanya diam. Seperti halnya ketika Indonesia merdeka dilakukan dengan perang.

"Kalau sabar itu hanya diam, tidak mengkritisi kebijakan yang timbul maka akan gagal. Karena itu untuk menjaga Indonesia ke depan perlu kesabaran kita semua dan harus ada orang yang berani bersuara untuk mengajak kebenaran," kata Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia ini.  

Terkait dengan hal itu, Mahfud memberikan contoh sabarnya Thariq bin Ziyad ketika sebagai panglima menakhlukkan Andalu dan berhasil menguasai Islam di Andalus selama 800 tahun. Padahal, dia hanya membawa 7.000 pasukan, sedangkan musuhnya memiliki 100 ribu tentara.  

"Sabar itu lawan ketidakbenaran. Sabar bukan nrimo dan ini tergantung apa yang kita hadapi dan kita sikapi. Marilah kita bangun Indonesia yang ikhlas mulai dari diri kita secara ikhlas. Agar kita hidup di negara Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur (negeri yang subur dan makmur, adil dan aman) atau negeri yang jelek dan terkutuk tetapi diampuni Allah," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement