REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jabar Ahmad Heryawan menegaskan bahwa Bermuhasabah perlu dilakukan, untuk masa depan. Pokok-pokok pikiran Tausyiah yang akan disampaikan Gubernur Jabar pada Muhasabah akhir tahun Republika di Masjid Pusdai, Bandung, Sabtu (31/12) adalah sebagai berikut:
Tentu kita semua menyadari bahwa roda kehidupan senantiasa berputar. Waktu senantiasa bergulir maju, hari berganti hari, siang berganti malam, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan tahun pun berganti tahun. Pun demikian halnya dengan periode waktu kehidupan yang kita jalani, ia akan berundak meningkat bertambah hitungan, namun merunduk turun karena semakin berkurang jatah waktu yang kita miliki untuk dijalani.
Sebagai seorang muslim, tentu kita memiliki sebuah visi kehidupan yang sangat futuristik, yaitu meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Visi tersebut senantiasa menggema dalam lantunan munajat kita kepada Allah SWT. ”Rabbana Atina Fiddunya Hasanah Wafil Akhirati Hasanah Waqina Adzaban Nar”. Ya Allah Karuniakanlah Kepada Kami Kebahagiaan di Dunia dan Kebahagiaan di Akhirat, serta Lindungilah kami dari siksaan Api Neraka.
Semangat untuk mewujudkan hal tersebut tentu senantiasa tercurah ikhtiyar secara maksimal, diantaranya melalui keistiqomahan dalam menghadirkan amal saleh dalam keseharian. Namun demikian, terdapat hal fundamental yang perlu kita hadirkan dalam menjaga keterarahan ikhtiyar yang dilakukan dalam jalur yang mengarah pada pencapaian visi kehidupan tersebut, yaitu muhasabah atau evaluasi terhadap ikhtiyar yang telah dilakukan.
Melakukan Muhasabah yang mengandung makna introspeksi, koreksi, atau evaluasi merupakan hal fundamental untuk dapat menakar ikhtiyar yang telah dilakukan, sehingga beberapa kekurangan dan kelemahan dapat menjadi catatan untuk perbaikan ke depan, dan semangat untuk tetap berada dalam koridor pencapaian visi kehidupan tetap terjaga. Muhasabah bukanlah hal asing bagi kita, karena Allah SWT telah mewanti-wanti agar kita senantiasa melakukan muhasabah diri, sebagaimana di dalam firman-Nya :
”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S Al-Hasyr : 18)
Muhasabah diri pada hakikatnya merupakan intisari dari Ikhtiyar perubahan kualitas diri secara berkesinambungan, karena muhasabah adalah instrumen untuk melakukan perbaikan secara berkesinambungan, yaitu semangat untuk menghadirkan hari esok lebih baik dari ini. Dan sesungguhnya, menjauhkan muhasabah hanya akan menjebak kita dalam perjalanan yang tak terarah, kita takkan ingat posisi kita saat ini dimana, kita takkan mampu menakar kualitas ikhtiyar yang telah dilakukan, dan mungkin tanpa ikhtiyar kita akan jumawa dengan apa yang dilakukan padahal sesungguhnya masih jauh dari yang seharusnya kita hadirkan untuk meraih visi kehidupan ini.
Berangkat dari beberapa hal tersebut, bahwa momen pergantian tahun diharapkan mampu menjadi wahana muhasabah diri yang akan menghadirkan semangat perubahan ke arah lebih baik sebagai cara hidup, cara pandang, dan cara sikap, serta cara kita dalam berfikir, dan semua hal tersebut kita lakukan dalam kerangka menggapai ridho Allah SWT sebagai manifestasi dari tugas ibadah, sehingga pada gilirannya kesuksesan duniawi-ukhrowi akan mampu kita gapai secara bermakna.