REPUBLIKA.CO.ID, MOGADISHU -- Sekelompok ulama Somalia yang tergabung dalam Dewan Agama Somalia (SRC) telah memperingatkan perempuan Somalia tentang hukum bermain basket. Menurut ulama, bermain basket bagi perempuan tidak islami dan dapat mengancam keimanan mereka.
Pernyataan ini dikeluarkan menyikapi persiapan turnamen bola basket wanita nasional yang akan berlangsung di Garowe, Ibu Kota Puntland. Turnamen kompetisi basket wanita nasional ini yang pertama kali di negara itu dan akan diikuti tim dari empat negara anggota federal dan Ibu Kota Mogadishu.
"Kami memperingatkan kepada perempuan olahraga basket melanggar hukum Islam, budaya dan nilai-nilai," ujar ketua SRC Sheikh Bashir Ahmed Salat seperti dilansir VOA News, Kamis (22/12).
Sheikh Bashir menjelaskan, imbauan ini bukan merupakan serangan terhadap siapa pun. SRC merasa memiliki hak membela nilai-nilai Islam yang tidak memungkinkan perempuan mengenakan pakaian olahraga yang dapat menunjukkan lekuk tubuh mereka kepada penonton laki-laki di depan umum.
Menurutnya, pemuda adalah target utama bagi mereka yang ingin mengubah nilai-nilai Islam. SRC merupakan sebuah organisasi Islam yang dijalankan oleh ulama konservatif dan dikenal mengeluarkan fatwa. SRC juga menentang kelompok Islam radikal al-Shabab.
Olahraga perempuan masih menjadi isu perdebatan di beberapa negara Muslim, termasuk Somalia. Salah seorang pemain basket perempuan di Somalia, Sahra Mohamud mengatakan basket adalah olahraga favoritnya dan ia merasa memiliki hak untuk bermain selama tidak melanggar nilai-nilai utama agama. "Saya bermain memakai hijab,” katanya.
Menurutnya, olahraga dapat menjadi alat perdamaian dan pemersatu bagi warga Somalia. Asosiasi Basket Somaliaciation Somalia bertekad terus bekerja agar mendapatkan lebih banyak pemain perempuan. Menurut asosiasi, keberadaan atlet perempuan dapat membantu kebangkitan perdamaian dan stabilitas negara.
Sejak runtuhnya pemerintahan militer pusat Somalia pada 1991, Somalia kekurangan infrastruktur olahraga dan para atlet mendapat ancaman dari militan radikal.
Pada 2006, Uni Pengadilan Islam (ICU), yang mengendalikan sebagian besar wilayah selatan dan tengah daerah negara itu, termasuk Mogadishu, melarang perempuan bermain olahraga, terutama basket. Tapi dalam beberapa tahun terakhir, keberadaan atlet basket perempuan terus berkembang di Mogadishu dan turnamen lokal terorganisir telah dilaksanakan.