Jumat 16 Dec 2016 21:58 WIB

Membantu Sesama

membantu korban bencana gempa (ilustrasi)
Foto: Antara/Rahmad
membantu korban bencana gempa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Imam Nawawi

Jika ada amalan yang Allah cintai, Rasulullah anjurkan, di luar ibadah seperti shalat, puasa, zikir dan yang lainnya, maka hal itu adalah amalan membantu sesama.

Anas bin Malik berkata, “Suatu ketika kami bersama Nabi SAW, dan yang paling banyak bernaung di antara kami adalah orang yang bernaung dengan pakaiannya. Adapun orang-orang yang berpuasa, mereka tidak melakukan apa pun. Sementara orang-orang yang berbuka (tidak berpuasa), mereka mengirim unta tunggangan, bekerja dan mengobati. Nabi SAW kemudian bersabda, “Orang-orang yang berbuka pada hari ini memborong pahala.” (HR Bukhari).

Dalam hal ini, sosok Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah teladan yang luar biasa. Dalam sehari beliau bisa melakukan lebih dari satu amalan yang hubungannya sangat kuat dengan semangat membantu sesama. Suatu hari Rasulullah bertanya, “Siapa di antara kamu yang berpuasa hari ini?” Abu Bakar menjawab, “Aku." Rasulullah bertanya lagi, “Siapa di antara kalian yang telah mengikuti pemakaman hari ini?” Abu Bakar berkata, “Aku.

Rasulullah SAW berkata lagi, “Siapa di antara kalian yang memberi makan orang miskin hari ini?” Abu Bakar berkata lagi, “Aku.” Rasulullah bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang menjenguk orang sakit hari ini?” Abu Bakar menjawab, “Aku.” Rasulullah kemudian berkata, “Jika terkumpul seluruh amalan pada seseorang (seperti ini), niscaya ia akan masuk surga.” (HR Muslim).

Melalui hadis di atas, seolah-olah Rasulullah SAW menyampaikan pesan tersirat bahwa puasa tidak semestinya menghalangi seseorang aktif membantu sesama. Apalagi merasa puas hanya karena telah tekun menjalankan ibadah puasa. Siapa yang bisa membantu sesama dalam beragam hal, seperti membantu pemakaman sesama yang meninggal, memberi makan orang miskin dan menjenguk orang sakit maka derajatnya akan lebih tinggi di sisi Allah dan Rasul-Nya.

Dan, lingkup membantu sesama tidak sebatas pada penjelasan di atas. Anas bin Malik bertutur, “Kami mengejar seekor kelinci di Marruzh Zhahran. Orang-orang berlari mengejarnya sampai lelah, lalu aku berlari hingga berhasil menangkapnya. Aku kemudian menyerahkannya kepada Abu Thalhah. Abu Thalhah kemudian mengirimkan pantat atau pahanya kepada Nabi SAW, lalu beliau menerimanya.” (HR Bukhari).

Dengan kata lain, banyak hal yang bisa kita raih untuk mendapatkan keutamaan di sisi Allah SWT dengan menumbuhkan semangat membantu sesama. Seperti memberikan kesempatan lebih dahulu kepada sesama pengguna jalan atau menyingkirkan gangguan dari jalan dan lain sebagainya.

Demikianlah kedudukan amal membantu sesama di dalam Islam. Rasulullah bersabda, “Siapa yang ingin diselamatkan oleh Allah dari kesulitan pada Hari Kiamat, hendaklah ia memberikan kemudahan kepada orang yang kesulitan.” (HR. Muslim).

Kini pintu untuk peduli, berbagi membantu sesama sangat terbuka lebar. Ada saudara kita yang ditimpa musibah gempa, ada yang menghadapi pembantaian, ada yang dililit hutang dan kemiskinan, serta ada yang diperlakukan secara tidak manusiawi. Inilah kesempatan kita untuk meraih ridha dan surga-Nya dengan gemar membantu sesama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement