Kamis 15 Dec 2016 17:00 WIB

Kontribusi Arsitek Muslim

Ibnu Khaldun
Foto: blogspot
Ibnu Khaldun

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Pada 1226 Masehi, Khalifah al-Zahir dari Dinasti Mamluk ingin membangun sebuah masjid besar di Kota Kairo. Lalu, ia mengumpulkan arsitek dan ahli rekayasa bangunan terbaiknya. Antara lain, Ataybek Faris Eddine Aqtay dan Assahib Fakhr Eddine ibn Assahib Bahaa Eddine, untuk membahas proyek ini.

Mereka ditugaskan mencari lokasi terbaik, mendesain bentuk bangunan, menentukan bahan bangunan, dan mengawasi pekerja. Para arsitek itu juga dikirim ke beberapa negara Islam untuk studi banding. Ketika proyek pembangunan dimulai, secara rutin khalifah meninjau langsung ke lokasi dan memantau perkembangan.

Para penguasa dan masyarakat Muslim memandang bidang konstruksi dalam sebagai sesuatu yang penting. Hadirnya karya-karya bangunan dengan arsitektur indah serta kokoh, seperti jalan, jembatan, masjid, ataupun kanal, mempertegas keunggulan umat Islam dalam khazanah ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad pertengahan.

Khalifah al-Mamun ibnu Musa senantiasa mengarahkan para arsiteknya untuk bekerja dengan sebaik-baiknya. Ini merupakan bentuk perhatiannya terhadap perkembangan bidang teknik sipil. Dia ingin agar setiap bangunan memenuhi unsur-unsur tertentu, seperti kuat, kokoh, juga berdesain indah.

Dunia Islam mengenal sederet arsitek ternama. Ibn Khaldun salah satunya. Beragam karya bidang teknik sipil merupakan kontribusinya yang tersohor di seluruh dunia Islam. Tokoh lainnya adalah al-Kindi. Selain itu, ia terkenal sebagai ahli ilmu alam. Begitu pula, al-Razi yang populer sebagai ahli rekayasa bangunan dan ahli kimia.

Muncul pula nama al-Biruni dalam bidang tersebut. Selain itu, namanya selama ini melambung melalui bidang lainnya, yaitu astronomi dan fisika. Sejumlah ilmuwan lainnya, seperti al-Jazari mengkhususkan diri dalam bidang rekayasa. Namun, menurut Ahmad Y al-Hassan dan Donald R Hill, sebagian besar dari mereka tak banyak tercatat namanya.

Saat mengerjakan sebuah proyek pembangunan, ada kalanya para arsitek saling bertukar pandangan. Sedangkan untuk mengerjakan proyek yang begitu besar, seperti pembangunan Kota Baghdad di masa Abbasiyah, dibentuklah sebuah komite untuk menjalankan proyek itu.

Tugas komite ialah mendesain sekaligus mengawasi seluruh pengerjaan proyek pembangunan. Menurut al-Hassan dalam Islamic Technology: An Illustrated History, mereka juga bertindak sebagai kontraktor dan dapat menugaskan beberapa subkontraktor untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih spesifik.

Pada dasarnya, untuk menghadirkan bangunan yang memenuhi standar, perhitungan geometric, dan proporsi luas memegang peran krusial. Ini dikemukan Ibnu Khaldun. Maka itu, perlu keahlian khusus sehingga biasanya para arsitek melengkapi diri dengan beragam disiplin ilmu penunjang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement