REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Gempa 6,5 SR 7 Desember 2015 di Pidie Jaya sontak membuat masyarakat Aceh terguncang. Sebagai lembaga kemanusiaan nasional, BSMI langsung bergerak cepat.
Pada hari itu juga relawan BSMI Sumatera Utara dan Aceh langsung menuju lokasi bencana. Mereka menggelar pertolongan untuk korban luka dan melakukan aksi pelayanan kesehatan lainnya.
Sementara itu untuk memgoptimalkan pelayanan BSMI pusat mempersiapkan berdirinya RS Lapangan. Ini seperti mengulang kejadian pada tahun 2005 yang lalu, dimana BSMI juga mendirikan RS Lapangan di 3 lokasi yaitu di Lambaro, Trieng Gading, dan di Sigli.
Tak kurang dari 25 orang relawan - setengahnya adalah dokter dan paramedis- yang dikomandani oleh Muhammad Rudi, sekjen DPN BSMI berangkat menuju Aceh dengan penerbangan AirAsia. Perlu diketahui bahwa penerbangan khusus relawan ini adalah hasil kerjasama antara BSMI , Kemenhub dan AirAsia Airline.
Kali ini RS Lapangan yang didirikan BSMI berupa tenda tiup (inflattable tent) yang lebih praktis dan mudah dalam pemasangannya. Tenda berwarna putih bersih tersebut berfungsi sebagai IGD sedangkan tenda peleton konvensional berfungsi sebagai ruang perawatan.
Di hari pertama saja RS Lapangan BSMI yang berlokasi di RSUD Pidie Jaya ini sudah melayani hampir 100 orang pasien. Kasus penyakit yang mendominasi adalah penyakit-penyakit pasca gempa seperti infeksi saluran napas, diare, berbagai penyakit kulit, dan hipertensi. Tenda IGD berukuran 6x6 meter tersebut disesaki oleh pasien, keluarganya serta dokter dan paramedis yang sibuk melakukan tindakan pemeriksaan dan pengobatan.
Ketua umum BSMI, Djazuli Ambari SKM, MSi mengemukakan bahwa untuk gempa Aceh kali ini program BSMI adalah Rumah Sakit Lapangan, Klinik Berjalan, Rehabilitasi Medik, Sanitasi Lingkungan, Penyembuhan Trauma dan Bimbingan Ruhani. Ditambahkan juga oleh ketua MPA Dr. Basuki Supartono, SpOT , "Mengingat dampak gempa terutama untuk pemulihan korban patah tulang pasca operasi dibutuhkan waktu sampai 1 tahun pendampingan".