Selasa 13 Dec 2016 15:20 WIB

Menlu Siap Resmikan Sekolah PKPU-Indonesia untuk Rohingya

Pertemuan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan tim lembaga kemanusiaan PKPU.
Foto: pkpu
Pertemuan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan tim lembaga kemanusiaan PKPU.

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Menteri Luar Negeri Retno Marsudi bersedia meresmikan dua unit sekolah PKPU Indonesia yang ada di ibu kota Rakhine State. Kesediaan ini disampaikan saat Retno bertemu tim lembaga kemanusiaan PKPU di Myanmar.

Setelah melalui rangkaian pembicaraan yang berlangsung dengan penasehat Negara Aung San Su Kyi pada Selasa (6/12) lalu di Nay Pyi Taw, sehari setelahnya Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi didampingi Duta Besar RI untuk Myanmar Komjen Pol (Purn) Ito Sumardi masih melakukan pertemuan dengan beberapa pihak. Diantaranya utusan PBB untuk Rakhine State Myanmar Kofi Annan juga lembaga kemanusiaan termasuk PKPU.

Dalam pertemuan singkat ini lah PKPU secara lisan menyampaikan laporan penyaluran bantuan untuk pengungsi Rohingya selama lima tahun terakhir sejak 2012. Secara khusus juga laporan ini mencakup bantuan yang disalurkan paska konflik di Maungdaw Myanmar bagian Utara.

Tim PKPU Muhammad Kaimuddin di Yangon yang melaporkan hasil tatap muka secara langsung menyampaikan perkembangan 2 unit sekolah yang dibangun oleh PKPU atas bantuan donor telah rampung. Saat ini menunggu penyelesaian peralatan. Meskipun demikian sekolah ini sudah digunakan karena kebutuhan yang mendesak untuk menampung 283 siswa di tingkat sekolah dasar.

Pada pertemuan ini Retno menyatakan kesediaannya untuk meresmikan 2 unit sekolah yang ada di ibukota Rakhine State ini. Dengan demikian masih menurut Menlu, sudah ada 6 unit sekolah yang dibangun oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia. Sebelumnya pemerintah Indonesia telah membangun 2 unit di Mrauk U, 2 unit lagi di Maungdaw-Buthidaung  dan terakhir sekolah yang dibangun oleh masyarakat melalui PKPU 2 unit di Sittwe.

Sebagaimana diketahui PKPU menjalankan program love Rohingya sejak 2012 meliputi pembangunan hunian atau shelter, makanan, daging, pembuatan sumur, MCK, pakaian, klinik sampai pendidikan. Ketika terjadi konflik di Maungdaw oktober lalu bantuan-bantuan ini tetap berjalan. Terakhir pekan lalu 3,5 ton beras, makanan bayi dan anak-anak serta 350 potong pakaian didistribusikan di dalam pengungsian di Sittwe.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement