Sabtu 10 Dec 2016 15:30 WIB

Ganjaran Bagi Muazin

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Agung Sasongko
Seorang muazin saat mengumandangkan azan di salah satu masjid di Jakarta.
Foto: Republika/Agung Supri
Seorang muazin saat mengumandangkan azan di salah satu masjid di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, Majelis Taklim Jami Al Huda menggelar kajian rutin di Masjid Jami Al Huda, Kelapa Dua, Depok, Selasa (6/12). Kajian tersebut diselenggarakan seusai menunaikan shalat Isya berjamaah. Kajian itu membahas ganjaran pahala dan kebaikan bagi seorang muazin ketika hari akhir tiba. Untuk mengupas tema tersebut, pengurus majelis taklim mengundang seorang pemateri, yakni Ustaz Najmi Umar Bakar.

Ustaz Najmi mengungkapkan, ketika hari kiamat tiba semesta beserta seluruh isinya akan lebur dan luluh lantak. Setelah kejadian dahsyat tersebut, seluruh makhluk Allah SWT akan dibangkitkan kembali di Padang Mahsyar.

Pada momen tersebut, kata Ustaz Najmi, ada banyak golongan umat yang akan diberikan rahmat dan kebaikan oleh Allah SWT sebagai balasan terhadap amal salehnya di dunia. Salah satu dari golongan tersebut adalah muazin.

Dia mengungkapkan, walaupun tidak semua amal saleh tidak dijelaskan perihal balasannya, bukan berarti tidak memiliki nilai apa-apa di mata Allah SWT. "Semua amal saleh pasti selalu ada balasannya, termasuk mereka yang selalu mengumandangkan azan," ujarnya.

Seperti diriwayatkan Imam Bukhari dari Abu Said al Khudri, Nabi Muhammad SAW bersabda, ketika muazin mengumandangkan azan, tidaklah jin dan manusia serta sesuatu yang lainnya, melainkan mereka akan menjadi saksi kebaikan baginya di akhirat kelak. "Jadi, yang mendengarkan lantunan azannya akan menjadi saksi kebaikan bagi sang muazin. Ini keutamaan dan balasan kebaikan (untuk muazin)," ucap Ustaz Najmi.

Dalam hadis lainnya, Imam Ahmad dari Abdullah bin Umar, Nabi Muhammad SAW bersabda, diampuni dosa para muazin ketika ia melafalkan kalimat terakhir dalam azannya. "Ini luar biasa, selesai mengumandangkan azan, dosa-dosa muazin tersebut akan diampuni oleh-Nya," ujar Ustaz Najmi.

Kemudian, masih kelanjutan dari hadis tersebut, menurut Ustaz Najmi, dikatakan pula bahwa setiap sesuatu yang basah dan kering akan meminta ampunan untuk muazin. Menurut dia, makna kata yang "basah" dan "kering" dalam hadis tersebut memiliki makna yang luas. "Sebab, wujudnya sangat banyak. Mereka juga akan meminta kepada Allah SWT untuk memberikan ampunan pada muazin," kata dia.

Dalam hadis sahih lainnya, seperti diriwayatkan Imam Muslim, Nabi Muhammad SAW bersabda, seandainya manusia tahu besarnya keutamaan dan ganjaran bagi yang berazan dan berada di saf paling depan ketika salat, hal itu hanya bisa didapatkan melalui undian, maka mereka akan meminta untuk mengundi.

Sayangnya, tidak banyak manusia yang mengetahui tentang hal ini. "Kalau kita tahu, niscaya kita akan berlomba-lomba untuk mendapatkan kebaikan dan keutamaan ini," ujarnya. Pada masa Nabi Muhammad SAW, para sahabat Nabi yang telah mengetahui hadis-hadis tersebut, selalu berkeinginan untuk mengumandangkan azan. Ketika itu Bilal bin Rabah telah ditunjuk sebagai muazin. Di antara para sahabat Nabi, hanya Bilal yang suaranya paling bagus dan merdu.

Ustaz Najmi berpendapat seorang muazin memang layak diberikan berbagai kebaikan oleh Allah SWT. Dia menjelaskan, azan mengandung cukup banyak hikmah. Pertama sebagai penanda telah masuk waktu shalat. Kedua adalah sebagai panggilan dan seruan kepada umat untuk menunaikan salat berjamaah. Hikmah selanjutnya, yakni sebagai wujud syiar Islam.

Ustaz Najmi menilai salah satu syiar Islam yang paling mulia adalah azan. "Sebab, ketika ada azan berkumandang, kita pasti tahu di daerah tersebut kaum Muslim, ada mushala atau masjid, yang berarti perintah Allah SWT ditegakkan di sana," kata dia.

Oleh sebab itu, Nabi Muhammad SAW selalu mendoakan golongan muazin. Dalam doanya, beliau meminta kepada Allah SWT untuk memberikan petunjuk bagi para imam dan ampunan pada muazin. Pengrus Masjid dan Majelis Taklim Jami Al Huda Warsidi mengatakan, kajian di masjidnya memang rutin digelar. "Sepekan bisa kita selenggarakan tiga kali kajian," kata dia.

Pada hari Selasa, misalnya, Masjid Jami Al Huda biasa menyelenggarakan dua kajian sekaligus. Yakni seusai shalat Magrib dan Isya berjamaah. Selain untuk jamaah, kajian rutin tersebut juga dipersilakan untuk kalangan umum. "Jadi yang mau ikut, dipersilakan untuk datang dan gabung di kajian ini," ujar Warsidi.

Adapun tujuan kajian,Warsidi menerangkan, adalah untuk memperkaya ilmu kegamaan para jamaah. Dengan demikian, ia berharap ilmu-ilmu tersebut dapat dijadikan tuntutan sekaligus pedoman dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement