Jumat 09 Dec 2016 10:42 WIB

Uni Eropa Soroti Pentingnya Dialog Antaragama

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Agus Yulianto
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Vincent Guerend (tengah) bersama Dubes Hungaria, Judit Nemeth Pach (kiri) dan Dubes Austria, Helene Steinhausl (kanan) memberi keterangan kepada wartawan tentang kunjungan para Dubes Anggota Uni Eropa ke Sumatra Utara,
Foto: Antara/Irsan Mulyadi
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Vincent Guerend (tengah) bersama Dubes Hungaria, Judit Nemeth Pach (kiri) dan Dubes Austria, Helene Steinhausl (kanan) memberi keterangan kepada wartawan tentang kunjungan para Dubes Anggota Uni Eropa ke Sumatra Utara,

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, YM Vincent Guerend menyoroti xenofobia, rasisme, dan intoleransi dalam ajang Bali Democracy Forum (BDF) IX di Nusa Dua, 8-9 Desember 2016. Banyak hasutan, kebencian, dan kekerasan terhadap kelompok tertentu, baik  yang ditujukan terhadap agama tertentu atau yang disebarkan ekstremis yang bertindak atas nama agama.

"Kita harus mengutuk segala bentuk dan manifestasi rasisme dan xenofobia, termasuk terhadap pemeluk agama dan kelompok agama. Kata kunci untuk memeranginya adalah mempromosikan saling pengertian, toleransi, dan dialog keagamaan," kata Guerend di Nusa Dua

Guerend mengatakan, dialog antarumat beragama yang terbuka sangat penting untuk meningkatkan integrasi dan kohesi sosial, khususnya di Eropa. Ini karena jumlah Muslim di Eropa semakin banyak. "Pemimpin agama memainkan peran penting dalam proses dialog untuk menciptakan saling pengertian ini," ujarnya.

Uni Eropa, kata Guerend, pada dasarnya sudah banyak menggelar dialog keagamaan bersama gereja, agama lain, philosophica, dan organisasi nonkonvensional. Komisi Eropa 29 November lalu, bahkan menggelar pertemuan tingkat tinggi tahunan dengan para pemimpin agama dari seluruh Eropa untuk membahas migrasi, integrasi, dan nilai-nilai di Eropa.

Inisiatif ini, kata Guerend, menunjukkan keterlibatan Uni Eropa dalam proses menjunjung tinggi demokrasi, agama, dan pluralisme. Pertemuan ini menekankan pentingnya menjangkau seluruh masyarakat, terutama yang agamanya berbeda untuk membentuk masyarakat kohesif dan inklusif.

Dengan munculnya nasionalisme, xenofobia, dan ekstremisme, kata Guerend, pemerintah negara-negara Uni Eropa harus memastikan rakyat tetap menyambut dengan baik, khususnya mereka yang melarikan diri dari perang dan membutuhkan perlindungan dunia internasional, sembari menjaga nilai-nilai dan prinsip dasar negara. Uni Eropa, dinilainya, penting belajar dari kepemimpinan Indonesia sebagai negara mayoritas Muslim terbesar di dunia, negara dengan demokrasi kuat, dan negara yang bangga akan toleransi dan pluralisme.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement