Ahad 04 Dec 2016 19:57 WIB

Masuki Rakhine, Relawan Seahum Terus Berupaya Bantu Muslim Rohingya

Rep: Fuji E Permana/ Red: Agung Sasongko
Gambar citra satelit kondisi desa-desa di negara bagian Rakhine, Myanmar, yang dihuni oleh etnis Muslim Rohingya, pada November 2016.
Foto: Human Rights Watch
Gambar citra satelit kondisi desa-desa di negara bagian Rakhine, Myanmar, yang dihuni oleh etnis Muslim Rohingya, pada November 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah lembaga kemanusiaan yang tergabung dalam South East Asia Humanitarian Forum (Seahum) sudah memasuki negara bagian Rakhine, Myanmar. Bantuan dapat disalurkan kepada korban tragedi kemanusiaan. Akan tetapi, relawan masih kesulitan masuk ke lokasi konflik terakhir di wilayah Maungdaw.

"Hari ini akan koordinasi dengan beberapa pegiat kemanusiaan yang sudah tiba duluan di Rakhine, Myanmar," kata Presiden Seahum sekaligus Direktur Utaman Dompet Dhuafa, Imam Rulyawan kepada Republika.co.id, Ahad (4/12).

Imam menjelaskan, sejumlah lembaga kemanusiaan yang tergabung dalam Seahum sudah masuk ke Rakhine, seperti Dompet Dhuafa (DD), Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) dan yang lainnya. Relawan yang tergabung di Seahum juga terus membuka jalur masuk ke Kota Sittwe tempat para pengungsi korban tragedi kemanusiaan, yakni etnis Rohingya.

Presiden Komite Nasional untuk Solideritas Rohingya (KNSR) dari ACT yang juga bagian dari Seahum, Syuhelmaidi Syukur mengatakan, sudah banyak relawan dari ACT yang sampai di Myanmar. Informasi terbaru dari relawan yang ada di Myanmar, mereka sudah sampai di Kota Sittwe. Tapi ada satu wilayah konflik yang belum bisa dimasuki.

"Khusus untuk (wilayah) Maungdaw masih tertutup untuk relawan Internasional," ujarnya.

Ia menjelaskan, jadi untuk datang langsung ke wilayah atau lokasi konflik terakhir di Maungdaw belum bisa. Kendati demikian, bantuan yang bibawa lembaga kemanusiaan dari Indonesia tetap dapat disalurkan ke Muslim Rohingya yang menjadi korban tragedi kemanusiaan. Menurutnya, bisa disalurkan karena ada mitra lokal di sana.

Syuhelmaidi menerangkan kenapa relawan sulit masuk ke wilayah Maungdaw. Sebab, kebijakan dari Pemerintah Myanmar belum memperbolehkannya. Pemerintah Rakhine, Myanmar dan pihak militer juga belum membolehkan relawan dari Indonesia maupun Internasional masuk ke sana.

"Jadi masih menutup-nutupi kondisi yang ada," jelasnya.

Dikatakan dia, saat ini relawan ACT sudah stand by di Kota Sittwe. Jadi, ketika situasinya memungkinkan, relawan bisa langsung berangkat ke wilayah Maungdaw. Sementara, lokasi pengungsian di Kota Sittwe cukup banyak. Ada sekitar 13 posko pengungsian. Sejumlah relawan lembaga kemanusiaan masih bisa menjangkau lokasi pengungsian di Kota Sittwe meski aksesnya sangat terbatas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement