Jumat 02 Dec 2016 17:28 WIB

Aa Gym: Jangan Salah Menyikapi Perbedaan

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ilham
Abdullah Gymnastiar yang dikenal dengan nama AA Gym.
Foto: Antara/Agus Bebeng
Abdullah Gymnastiar yang dikenal dengan nama AA Gym.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung, KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) membuka ceramahnya dengan membaca Subhanallah Walhamdulillah Walailahaillah Wallahuakbar di depan ratusan ribu umat Islam yang ada di halaman Monas. Aa Gym memberikan ceramah mengenai perbedaan.

Aa Gym mengatakan, jumlah massa Aksi Bela Islam yang sangat banyak jangan sampai membuat takabur. Ingat kepada Allah, karena hanya Allah yang bisa menyelesaikan semua permasalahan. Menurutnya, suatu bangunan akan kokoh kalau terbuat dari bahan yang berbeda-beda.

"Bangunan kokoh syaratnya, bahan bangunannya berbeda-beda," kata Aa Gym dari atas panggung saat ceramah.

Ia menerangkan, lihat Monas, bangunan itu kokoh karena tidak semua menonjolkan diri. Contohnya, meski jantung di dalam tubuh manusia sangat berjasa. Dia tidak menonjolkan diri. Seperti batu yang ada di bawah bangunan, ia menjadi pondasi bangunan untuk memperkokoh bangunan.

Aa Gym menerangkan, mulai sekarang kalau umat ingin kokoh, jangan sampai salah menyikapi perbedaan. Sebab, perbedaan merupakan sunnatullah. Lebih baik mencari persamaan, sebelum mencari perbedaan.

Ia menjelaskan, orang-orang Islam, Kristen, Hindu, dan Buddha sama-sama manusia. Mereka semua sama-sama ingin selamat dan ingin dimuliakan. Kemudian, ia mencontohkan, sekarang tidak semua ulama sependapat mengenai shalat hari ini. "Jangan sampai karena perbedaan menjadi marah," ujarnya.

Menurut Aa Gym, yang membuat manusia susah rukun karena kemarahan, bukan perbedaan. Namun, jika karena beda partai dan suku menjadi musuh, kalau seperti itu kapan bisa bahagianya. Jadi jangan sampai karena perbedaan menjadi marah. "Beda wajar, marah jangan," ujarnya.

Orang yang lebih lebar rasa persaudaraannya, lebih jinak hatinya. Tidak ada Indonesia kalau tidak ada umat Islam. Tapi faktanya, ada agama Hindu, Buddha dan lain sebagainya. Sudah takdir mereka menjadi anak Bangsa Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement