Kamis 01 Dec 2016 17:12 WIB

Industri Teknologi Startup Harapan Perubahan Warga Gaza

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Agung Sasongko
Gaza
Gaza

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  -- Direktur Organisasi Leader Shadi Atshan asal Ramallah mengatakan, dengan populasi 1,8 juta, Jalur Gaza telah lumpuh oleh blokade Israel dan Mesir yang masih berlangsung hingga berdampak pada krisis pengangguran. Industri teknologi startup, yang telah berkembang dengan cepat di seluruh wilayah Palestina, memberikan kesempatan bagi orang-orang dengan keterampilan untuk pengembangan web.

Antara 2013 dan 2016, Leaders membantu untuk meluncurkan lebih dari empat lusin startups, 20 diantaranya  mendapatkan investasi. Selama tiga tahun ke depan, mereka berharap dapat mengenbangkan starups hingga tiga kali lipat angka itu.

"Jika Anda memiliki keterampilan teknis yang baik di Palestina, Anda akan mendapatkan penyewa secara langsung," kata Atshan.

Dengan angka pengangguran yang tinggi seperti di Gaza, teknologi adalah cara yang baik untuk anak perempuan untuk mendapatkan pekerjaan. Mereka sedang berusaha untuk membangun komunitas di sini untuk membantu mereka.

"Teknologi saat ini begitu didominasi laki-laki, dan perempuan menemukan kesulitan untuk menembus itu, naik pangkat dan sampai ke puncak," Ambar Amleh, kapitalis ventura di Ramallah.

Temraz dan Amleh mengatakan wanita umumnya harus mengurus rumah, atau bekerja yang tidak memerlukan banyak waktu di luar rumah. Inilah sebabnya mengapa Gaza Sky Geeks secara khusus menargetkan perempuan. "Sering kali aku harus berbicara dengan keluarga seorang gadis, untuk meyakinkan mereka Kami mencoba untuk memperlakukan setiap gadis sebagai kasus khusus, karena startups masih hal baru di Gaza, "kata Temraz.

Gaza Sky Geeks juga menyediakan tunjangan kecil untuk anak perempuan dan perempuan untuk transportasi ke dan dari kantor al-Rimal.

Alaa Khattabn (24 tahun) anggota Gaza Sky Geeks, wanita pertama yang bergabung dengan  "klub coding"  yang didirikan pada bulan Juli lalu. Dia mengatakan ingin belajar coding sehingga suatu hari ia dapat memulai bisnis sendiri di Gaza.

"Mimpi saya adalah untuk memulai perusahaan pemrograman atau web desain saya sendiri, yang akan mampu untuk membuat perangkat lunak untuk membantu memecahkan masalah Gaza," kata Khattab. Dia berharap untuk mengembangkan sebuah aplikasi untuk mengajarkan pemrograman untuk anak-anak dengan cara yang adalah menyenangkan dan pendidikan.

Klub coding saat ini terdiri dari 15 anak perempuan dan wanita muda yang bertemu seminggu sekali untuk sesi tiga jam. Mereka belajar ilmu komputer dan "soft skill", seperti bagaimana berperilaku dalam lingkungan profesional dan bagaimana mempresentasikan ide mereka dengan percaya diri, kata Alqrenawi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement