Rabu 30 Nov 2016 21:00 WIB

MAK, Dakwah Kader Muhammadiyah Melawan Korupsi

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Agung Sasongko
Ketua PP Muhammadiyah Busro Muqoddas (kanan) menyampaikan kata sambutannya pada acara diskusi Kebangsaan, dengan tema “Arah Pembangunan Ekonomi Nasional, Pandangan Kritis Prespektif Ideologi Kerakyatan” di Jakarta, Selasa (9/8).
Foto: Republika / Darmawan
Ketua PP Muhammadiyah Busro Muqoddas (kanan) menyampaikan kata sambutannya pada acara diskusi Kebangsaan, dengan tema “Arah Pembangunan Ekonomi Nasional, Pandangan Kritis Prespektif Ideologi Kerakyatan” di Jakarta, Selasa (9/8).

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Pimpinan Pusat Muhammadiyah, M Busyro Muqoddas, mengaku posisi Muhammadiyah saat ini semakin dinantikan masyarakat di tengah merajalelanya tindakan korupsi. Karena itu,

kegiatan Madrasah Anti Korupsi (MAK) yang dilakukan Pemuda Muhammadiyah adalah investasi sumber daya manusia (SDM) yang luar biasa.

"Ketika korupsi selama ini semakin sistemik, terstruktur masif dan makin menggejala, dan fenomenologis," tuturnya di Tanwir I Pemuda Muhammdiyah, Tangerang, Selasa (29/11).

Tindak korupsi dikatakan masif karena menurut mantan Ketua KPK tersebut, hampir di semua daerah memiliki laporan kasus tindak korupsi yang sudah terdaftar di KPK. Bahkan pada periode kepemimpinannya, yaitu 2010-2011, ada sekitar 5.000 kasus korupsi dalam jangka waktu satu tahun.

Busyro menjelaskan Islam sebagai agama pencerah zaman dan kemanusiaan otentik memiliki kekuatan yang ramah, lentur, dan fleksibel untuk dihadirkan dalam bentuk konsep etika bersama. Piagam Madinah merupakan monumen sejarah yang membuktikannya. Yaitu dengan menampilkan Islam sebagai jiwa, ruh, sistem etika kekuasaan, relasi individu dan kelompok dalam suasana multikultural dan pluralitas kepentingan.

Dan itu pula yang menjadi misi utama kader Muhammadiyah dan Islam secara umum.  Sementara hakekat korupsi menurut Busyro adalah wujud fenomena keserakahan dan keingkaran keaslian diri yang disimbolkan dalam perilaku konflik Habil dan Qabil.

Muhammadiyah perlu melihat realitas korupsi politik bukan sebagai obyek dan sasaran perlawanannya secara konseptual strategis dan taktis, melainkan juga bagaimana mampu memberikan pengaruh dkeahnya dalam lingkaran produser sistem korup ini.

Pemuda Muhammdiyah akan mengalami metamorfosis gerakannya yang mencerminkan watak gerakan masif akar rumput. Di mana hal ini menurut Busyro sangat penting untuk dirawat dalam kecerdasan konsep. Yaitu dengan watak gerakan dakwag yang berkarakter tajdid, yang memerlukan pengayaan konsepnya.

"Di sinilah pola gerakan sistem menjadi penting. Yaitu sinergitas antara Pemuda Muhammadiyah, IPM, NA dan IMM bersama Majelis Diktilitbang yang memiliki sDM dan program serta anggaran riset dan pengabdian masyarakat," katanya.

Untuk melawan sistem korupsi yang kian masif tersebut, Busyro mengingatkan agar terus menerus ada pelatihan kader sektor pemberantasan korupsi melalui elemen-elemen di atas dan elemen-elemen CSO seperti Indonesia Corruption Watch (ICW), Walhi, Jatam, YLBHI, Fitra, dan lain sebagainya.

"Melawannya mutlak memerlukan gerakan sistemik, terprogram, terukur, dan bertarget, menjauhkan dari tindak parsial, insidental, apalagi emosional."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement