REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Pusat (PP) Pemudi Persatuan Islam (Persis) menilai cara pandang anak-anak dan remaja saat ini perlu bimbingan dan diluruskan. Sebab, cara pandang yang salah, jika dibiarkan akan berdampak negatif.
Ketua Umum PP Pemudi Persis, Gyan Puspa Lestari mengatakan, cara pandang dapat mengubah paradigma seseorang. Jadi, cara pandang yang salah cukup berbahaya.
Sebagai contohnya, sebagian orang memandang pacaran sebagai hal yang biasa. Saat pacaran sudah melampaui batas, bagi sebagian orang mungkin tidak menjadi masalah.
"Tapi sebetulnya ada imbas yang lebih," kata Gyan kepada Republika, belum lama ini.
Ia menerangkan, berawal dari pacaran bisa menimbulkan seks bebas. Kemudian menjadi perzinahan dan pada akhirnya bisa sampai melahirkan anak yang tidak jelas siapa ayahnya. Cara pandang anak-anak dan remaja yang menganggap pacaran merupakan hal yang biasa sebenarnya bermasalah.
Selain itu, dikatakan dia, persoalan kekerasan seksual yang dipicu lesbian, gay, biseksual dan transgender/ transeksual (LGBT) juga memiliki dampak yang berbahaya. Hal-hal semacam itu kemudian akan mengarah kepada anak-anak. Akan tetapi, persoalan tersebut seperti dianggap sebagai hal yang biasa dan tidak menjadi sebuah permasalahan.
Jika fenomena kekerasan seksual dan LGBT dipandang menjadi hal yang biasa, maka cara pandangnya perlu diluruskan. "Permasalahan ini harus tanggulangi bersama-sama," ujarnya.
Ia menjelaskan, semuanya bermuara pada pemahaman masing-masing individu terhadap ajaran agama. Itu sebabnya Pemudi Persis terus berupaya meningkatkan pemahaman ajaran Islam agar memiliki cara pandang yang baik dan benar. Tujuannya, supaya para pemudi bisa memahami, mengamalkan, mengajarkan ajaran Alquran dan sunah.
Fuji EP