Senin 28 Nov 2016 00:02 WIB

Rusia dan Islam Kian Erat

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Damanhuri Zuhri
Muslimah Rusia.
Foto: Muslim Daily
Muslimah Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Umat Islam secara tradisi telah terorganisasi sejak abad ke-18. Di bawah Uni Soviet, ada dua organisasi yang mengatur urusan-urusan internal Islam di Rusia. Pertama, berbasis di Dagestan, yang mencakup Kaukasia Utara.

Kedua, berbasis di Bashkortostan, yang meliputi wilayah seluruh Rusia selain cakupan Dagestan tersebut. Di Kaukasia Utara berkembang Islam Salafi, yang kemudian dicap Pemerintah Rusia sebagai inspirasi kekerasan.

Menurut Dmitry Gorenburg dalam artikel Russia Menghadapi Islam Radikal (2006), hal ini bisa dilacak sebagai akibat dari kebijakan Uni Soviet dahulu terhadap Islam. Dalam masa kekuasaan Uni Soviet, pendidikan publik Islam hanya dibolehkan pada Madrasah Bukhara dan Universitas Islam Tashkent keduanya berlokasi di Uzbekistan kini.

Sementara, di Rusia sama sekali tidak ada. Pada saat bersamaan, umat Islam Rusia membutuhkan ahli-ahli agama untuk mengajarkan tradisi dan ibadah sehari-hari. Hasilnya, menurut Gorenburg, adalah munculnya para tokoh yang minim pendalaman agama Islam, tetapi memimpin masjid-masjid di wilayah lokal Rusia. Itu setelah Uni Soviet runtuh.

Banyak (anak muda Muslim Rusia) yang lantas percaya bahwa Salafi merupakan bentuk murni dari Islam sekaligus menolak praktik-praktik Islam yang telah mentradisi di Rusia, tulis Gorenburg.

Hubungan Pemerintah Rusia dengan dunia Islam sempat kembali mengalami ketegangan pada dekade 1990-an. Pada 1994, Perang Chechnya I pecah. Usai mereda, pada 1999 perang yang sama kembali meledak, di mana etnis Chechnya dan Dagestan mendesak berdirinya negara Islam di Kaukasia Utara.

Pemerintah Rusia menjawabnya dengan aksi militer keras dan invasi atas Chechnya. Gorenburg melihatnya lebih sebagai gerakan etnonasionalis, alih-alih semata-mata cita-cita negara Islam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement