REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua umum pimpinan pusat (PP) Muslimat Nahdatul Ulama (NU) Khofifah Indar Parawangsa menuturkan, Kongres XVII Muslimat NU ingin menyiapkan satu abad Muslimat NU.
Hal tersebut berdasar pada keputusan kongres yang melarang ujaran kebencian dan LBGT. Sehingga, ia meminta pada Muslimat NU untuk mewujudkan rekomendasi kongres.
"Terkait ujaran kebencian, kita kan ada 59 ribu majelis taklim. Bu Nyai harus bisa sampaikan ke jamaahnya, poses edukasi, literasi, saling percaya, berikan penghormatan," kata Khofifah di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Sabtu (26/11).
Perempuan yang juga menjabat sebagai Menteri Sosial itu mengatakan, langkah kongkrit Muslimat NU untuk merealisasikan hasil keputusan, yakni dengan menyiapkan satu abad Muslimat NU. "Kalau satu abad, jatuhnya 2046. Kita akan siapkan Desa Inklusi atau Aswaja," ujar dia.
Khofifah menjelaskan, Desa Aswaja akan memberikan pemahaman ihwal metodologi keagamaan yang mengajarkan seluruh warganya proses moderasi, toleransi, dan membangun keseimbangan. Sehingga, masyarakat tidak akan mudah tertarik paham kanan atau kiri.
"Misal ada kelompok pembenci, itu dia (Muslimat NU) akan tetap membangun keseimbangan, dan membangunnya tegak lurus," jelasnya.
Khofifah mempersilahkan daerah-daerah yang merasa siap mengaplikasikan program untuk mewujudkan Desa Inklusi untuk menjadi percontohan. Desa Aswaja akan mengajarkan bagaimana kepemimpinan yang bisa mengayomi dan melindungi.
Sebab, menurutnya, pemimpin harus bisa membangun kebersamaan kehidupan beragama, harus memberikan perlindungan kebebasan berekspresi, melindungi harta kekayaan negara serta menjaga martabat bangsa Indonesia. Pemimpin juga harus menjaga jiwa dan raga dari warganya.
"Itu bagian grand design (Muslimat NU). Kita akan siapkan dengan petakan kesiapan masing-masing daerah, kita akan bagi-bagi," jelasnya.