Kamis 24 Nov 2016 18:00 WIB

Timbuktu, Pusat Sains dan Agama Afrika Barat

Manuskrip Timbuktu, warisan peradaban Islam yang terancam punah (ilustrasi).
Foto: nfvf.co.za
Manuskrip Timbuktu, warisan peradaban Islam yang terancam punah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu bukti kekayaan masa silam Timbuktu adalah Universitas Sankore yang dikenal sebagai Oxford-nya Afrika Barat. Tempat ini menjadi tempat belajar 50 ribu ilmuwan Muslim yang membantu penyebaran Islam melintasi kawasan Afrika Barat. Universitas yang didirikan pada awal abad ke-15 ini, hingga kini masih berfungsi, sekalipun jumlah siswanya terus berkurang hingga kini hanya menjadi 15 ribu orang.

Bangunan ini dibangun oleh seorang penganut yang sangat taat di era Mandingue (1325-1433). Tempat ini sempat dibongkar dan dibangun kembali pada tahun 1578 hingga tahun 1582 oleh Imam Al Akib.

(Baca Juga: Petualangan Ibnu Batutah dan Kejayaan Timbuktu yang Melegenda)

Lalu ada pula Masjid Djingareber yang dibangun di tahun 1325. Masjid ini sangatlah istimewa karena berbeda dengan bangunan masjid lainnya, ia dibangun dari lumpur yang dipadatkan. Dengan arsitektur yang unik, hingga kini masjid yang menawan ini masih masih berdiri tegak.

Masjid ini dibangun oleh Sultan Mali saat itu, Kankan Moussa, sepulangnya ia dari menunaikan ibadah haji. Menurut petualangan asal Jerman, Heinrich Barth, masjid itu dibangun tahun 1327 dan nama Kankan Moussa masih terlihat jelas di pintu masuk utama masjid ketika ia mengunjungi kota ini di tahun 1853. Masjid ini dibangun oleh arsitek asal Andalusia, Abu Ishap Es-Saheli Altouwaidjin. Untuk membangung masjid ini, ia ditawari 40 ribu keping emas oleh sang sultan.

Masjid ini menjadi salah satu lokasi paling populer ini sejak tahun 1990 ditetapkan menjadi salah satu cagar budaya dunia. World Heritage Fund menggulirkan dana untuk merestorasi tempat ini di tahun 1996.

Kedua bangunan ini memiliki keunikan yang sama, memiliki tiga barisan tiang atap untuk melindungi ibadah mereka selama musim dingin dan juga memiliki halaman yang dikelilingi tembok untuk ibadah di musim panas. Di bagian tengah terdapat menara setinggi 15 meter.

Di bagian utaranya, digunakan sebagai tempat mengajar. Menurut buku Tarikh El-Fettach, di abad ke-15, tempat ini digunakan untuk mempelajari imu seperti teologi, hukum, tata bahasa, astrologi, sejarah, dan ilmu lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement