Kamis 24 Nov 2016 17:30 WIB

Petualangan Ibnu Batutah dan Kejayaan Timbuktu yang Melegenda

Rep: Amri Amrullah/Berbagai Sumber/ Red: Agung Sasongko
Salah satu situs islam di Timbuktu, Mali
Foto: onislam
Salah satu situs islam di Timbuktu, Mali

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perpustakaan Ahmed Baba Centre merupakan surga kekayaan umat Islam dengan koleksi naskah ilmu pengetahuan karya ilmuwan Islam selama lebih dari satu milenium.

Keberadaan kota ini sudah sangat dikenal berabad-abad lalu, utamanya oleh para pedagang dan juga para petualang dunia. Namun namanya kemudian semakin dipopulerkan oleh petualang dunia asal Maroko, Ibnu Batutah.

Petualang yang menghabiskan 30 tahun hidupnya dengan berkeliling dunia inilah yang dipercaya sebagai orang asing pertama yang mendokumentasikan kunjungannya dan menyebarkan keberadaan kota ini kepada dunia.

Jauh sebelum Ibnu Batutah datang, Timbuktu yang kini dikenal sebagai kota legenda itu sudah mencapai puncak popularitasnya. Salah satu kota yang masuk dalam negara Mali ini terletak di kawasan Afrika Barat, berbatasan dengan gurun Sahara. Di abad pertengahan, Timbuktu dikenal sebagai salah satu daerah terkaya di dunia, baik dari segi keilmuan dan juga kekayaan.

Posisinya yang sangat strategis membuat kota di utara Mali ini menjadi salah satu jalur terpenting di dunia perdagangan Trans-Sahara. Timbuktu menjadi tempat persinggahan para pedagang Muslim yang membawa emas dari Afrika Barat menuju Eropa dan Timur Tengah.

Kemudian melalui jalur yang sama, mereka kembali dengan membawa garam, gading, dan barang-barang kebutuhan lainnya. Lokasi yang strategis memajukan kota ini, sehingga bukan hanya menjadi kaya dari harta, namun Timbuktu juga menjadi surga ilmu pengetahuan Islam.

Sayangnya, setelah mengalami masa kejayaan berabad-abad lamanya, memasuki abad ke-16 dan 17, Timbuktu mulai mengalami masa kejatuhannya. Ini terjadi pasca para pedagang mengalihkan rute niaganya dari jalur Trans-Sahara ke jalur laut melalui samudera Atlantik. Akibatnya, Timbuktu yang dijuluki "Kota 333 Malaikat" mulai kehilangan pamornya sebagai lokasi transit para saudagar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement