REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Mantan Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama As'ad Said Ali mengingatkan, masyarakat untuk menjaga masjid dari masuknya paham atau ajaran yang bersifat radikal. "Ini kan niatan atau upaya untuk menjadikan masjid berfungsi mencegah radikalisme. Kalau dilaksanakan, ya, bisa efektif mencegah paham radikal," katanya di Semarang, Rabu (23/11).
Hal itu disampaikannya pada seminar nasional bertema "Peran Masjid dalam Penanggulangan Terorisme dan Radikalisme" yang berlangsung di Convention Hall Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Semarang. Masjid, kata mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) itu, semestinya dimanfaatkan untuk penanaman akhlakul karimah (akhlak mulia) dan mengajak untuk takwa kepada Allah SWT.
"Mengenai akhlakul karimah, ini berkaitan dengan etika di masyarakat. Orang yang beragama dan bertakwa bukan berarti mau menang sendiri, ingin menguasai, pertama masuk surga," katanya.
Sebelum masuk surga, kata dia, harus baik dulu dengan lingkungannya, budayanya, dan mampu mewujudkan masyarakat yang tertata baik, serta "Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur". As'ad mengakui, ada beberapa masjid yang justru menjadi tempat untuk mengajak ke arah radikalisasi agama sehingga peran takmir atau pengurus masjid untuk melakukan antisipasi.
"Kalau takmirnya memberikan perhatian penuh terhadap masjid, aktif, tidak ditinggal, masjid tidak dibiarkan kosong, ya paham radikal tidak akan masuk," katanya.
Dia mengatakan, selama ini, masjid-masjid yang dimasuki orang-orang dengan paham radikal karena aktivitas di masjid itu tidak aktif sehingga mereka yang kemudian aktif berkegiatan. Maka dari itu, kata dia, perlunya kesadaran dan kewaspadaan masyarakat sekitar yang menjadi jamaah masjid dan takmir untuk aktif berkegiatan di masjid agar paham radikal tidak masuk.
"Upaya deradikalisasi kan tidak cukup hanya mengandalkan pemerintah. Makanya, harapannya bisa dibantu dengan keberadaan masjid untuk mencegah masuknya paham radikal," tandas As'ad.