REPUBLIKA.CO.ID, JAKARAT -- Pendidikan agama perlu diperkenalkan kepada anak-anak sejak kecil. Hal ini agar mereka mampu menghadpai berbagai tantangan yang semakin berat di masa mendatang.
Demikian diuangkap sejumlah ibu muda ketika dimintai komentarnya tentang peringatan Hari Anak se-Dunia yang jatuh pada setiap 20 November. "Repot mengurus anak yang lagi aktif-aktifnya, tapi saya senang karena dia pintar diajari huruf Arab dan doa-doa," kata seorang ibu muda yang berusia 22 tahun, Mamay Maesaroh seperti dikutip Antara, Selasa (22/11).
Kepada anaknya, Afriza Wahyu Ramadhan yang berusia 2,4 tahun, Mamay telah mulai memperkenalkan huruf Arab dengan memberi contoh lewat ucapan dia sendiri, agar anaknya bisa mengikuti apa yang dia ucapkan. Dia juga mencoba untuk mengendalikan dirinya agar tidak bertindak keras kepada anaknya, sehingga putranya itu tidak mendapatkan contoh yang tidak baik dari orang tuanya sendiri.
Seorang ibu muda lainnya, Dewi Syaptiani, bercerita bahwa seorang ibu harus menjadi guru pertama bagi anak-anaknya. Ini karena, seorang ibu yang baik akan melahirkan anak-anak yang baik pula.
"Saya sering mengajak ngobrol bersama anak sejak bayi, agar perkembangan bicara anak bisa lebih cepat. Saya juga mencoba memperkenalkan anak dengan hal-hal yang baru, biar daya ingat dia bagus," ujar Dewi tentang anak perempuannya bernama Jasmine Azzahra, berusia 23 bulan.
Sementara itu, ibu muda lainnya yaitu Dewi Purnamasari mengungkapkan, bahwa dia dan suaminya sering menghadapi pertanyaan yang membingungkan dari anak semata wayangnya bernama Muhamad Fajar Ramadhan, berusia 5,5 tahun. "Waktu itu Fajar mengaji sama bapaknya, terus disuruh baca a'udzubillah dulu. Pas itu dia nanya ke bapaknya, kenapa a'udzbillahnya nggak ada di Al-Qur'an, sampai saya ketawa, terus saya suruh dia nanya ke guru mengajinya" kata Dewi.
Ia menyarankan, jika orang tua lainnya bingung menjawab pertanyaan anaknya, maka mereka perlu mencari orang lain, misalnya guru, yang bisa memberikan jawaban benar dan sesuai dengan pertanyaan anak-anaknya.
Hari Anak se-Dunia atau juga disebut Hari Anak Internasional telah ditetapkan oleh Badan Dunia Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) melalui Organisasi Anak yang disebut UNICEF pada 20 November 1945. Hari perayaan ini juga bertepatan dengan hari lahirnya Konvensi Hak-hak Anak, namun berbeda tahun yaitu 1989.
UNICEF mengadakan acara Hari Anak se-Dunia pada Oktober 1953 untuk pertama kalinya, lalu kemudian disusul keputusan Majelis Umum PBB pada tanggal 14 Desember 1954, yang menetapkan bahwa tanggal 20 November sebagai Hari Anak Sedunia. Tujuannya untuk menghargai serta menghormati hak-hak yang harus diterima oleh seorang anak.