Ahad 13 Nov 2016 14:38 WIB

Pembelajaran Baca Alquran Ala Qordobana

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Agus Yulianto
Masa perkenalan kampus mahasiswa baru. (Ilustrasi)
Foto: Humas IPB
Masa perkenalan kampus mahasiswa baru. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Langkah Universitas Siliwangi (Unsil) Tasikmalayan ini, patut ditiru perguruan tinggi lain di Tanah Air. Pasalnya, saat perguruan tinggi itu menerima mahasiswa baru ada tahun ajaran baru, maka tidak semua mahasiswanya (yang bergama Islama) bisa membaca Alquran secara tartil.

Untuk itulah Unsil menerapkan program Bebas Buta Huruf Alquran (B2HQ). Bagi mahasiswa yang belum bisa membaca Alquran dengan benar, sehingga tak perlu khawatir. Pasalnya, metode pembelajaran yang digunakan dalam B2HQ itu akan menggunakan teknik ala Qordobana dari Bandung.

Ketua panitia acara Asep Suryanto berharap, lewat metode itu, waktu belajar yang singkat dapat diefektifkan. "Kegiatan belajar pun diadakan dengan bentuk kelompok sekitar 10-12 orang per satu pengajar," katanya.

Tentunya ada pula kendalan dalam penyelenggaraan acara ini yaitu perbandingan pengajar perempuan lebih banyak ketimbang pria. Padahal, jumlah mahasiswa yang perlu diajar lebih banyak pria. Guna mengatasinya, Asep mengakali dengan mengikutsertakan panitia sebagai pengajar.

"Kendalanya tutor perempuan lebih banyak dari pria. Padahal, peserta pria lebih banyak dari perempuan. Solusinya intensifkan panitia jadi tutor. Jadi ada yang tutor murni ada yang tutor dari panitia ikut karena panitia juga ikut pelatihan," ucapnya.

Salah satu panitia sekaligus tutor Asep Darul Fadli mengatakan, target pengajaran bersifat dasar membaca Alquran meliputi membaca huruf, harokat dan baris. Dengan mempelajari dasar tersebut diharapkan peserta mampu membaca Alquran dan membedakan harokat panjang dan pendeknya huruf. Adapun untuk urusan tajwid belum menjadi fokus dalam periode pengajaran kali ini.

Selain itu, dia mengakui, masing-masing tutor bisa menyampaikan cara berbeda dalam mengajar peserta asal tetap mengikuti metode cordoba. Sebab menurutnya, masing-masing tutor bisa saja mempunyai pola ajar berbeda.

"Setiap tutor ada metode sendiri yang dianggap efektif, namun itu hanya sebatas rujukan karena tidak boleh keluar dari metode ini. ngajarnya hanya huruf, harokat dan baris bedakan panjang pendek, tajwid mah bisa belakangan," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement