REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Lantunan ayat suci Alquran memecah kesunyian di Masjid Universitas Siliwangi (Unsil) pada Ahad, (13/11) pagi. Para pelafalnya bukanlah santri, melainkan mahasiswa baru. Mereka ternyata merupakan bagian dari program Bebas Buta Huruf Alquran (B2HQ) yang digagas Unsil sebagai bentuk pendidikan karakter mahasiswa.
Ketua panitia acara tersebut Asep Suryanto mengatakan, langkah pengembangan karakter mahasiswa diperlukan karena mereka dianggap agen perubahan. Program ini, khusus menyasar mahasiswa baru agar kelak saat lulus mempunyai karakter keislaman yang mumpuni.
Asep mengatakan, ada proses tes baca Alquran yang mesti dijalani 2.669 mahasiswa baru Unsil yang beragama Islam. Hasilnya, didapati ada 314 mahasiswa yang kemampuan baca Alqurannya kurang mencukupi.
"Ini sebenarnya yang pertama dalam rangka pembentukan karakter Alquran. Kita ingin lulusan Universitas Siliwangi sudah bisa baca Alquran dengan baik, jadi ingin mengagungkan Alquran. Semua mahasiswa baru kita tes, apakah lolos atau tidak? yang tidak lolos ini kita bina baca Alquran. Kita ingin bentuk karakter karena Islam itu pedomannya Alquran," katanya pada Republika.
Dikatakan Asep ke-314 mahasiswa yang mengikuti program tidak sepenuhnya buta baca Alquran. Mereka hanya tak bisa maksimal membaca Alquran sesuai kaidah yang benar. Hal ini sesuai dengan dasar dibuatnya program dari pihak kampus karena menyadari masih ada mahasiswa yang belum mampu membaca Alquran dengan baik. Beruntung, program sukarela ini memperoleh kemudahan dari pihak kampus agar terselenggara.
Nantinya, para mahasiswa akan belajar selama dua hari Sabtu dan Ahad selama sebulan dari 12 November hingga 12 Desember. Waktu belajarnya per hari ditargetkan 2-3 jam. "Kegiatan Insya Allah tiap Sabtu dan Ahad, karena Sabtu libur meski kalau ada perkuliahan saya minta tutor untuk fleksibel jadwalnya, jangan sampai kegiatan ini mengganggu kegiatan akedemik. Belajarnya 2-3 jam dibuatkan kelompok," ujarnya.