Kamis 10 Nov 2016 14:35 WIB

Gereja Kristen Hadirkan Rektor IAIN Palu Ceramah Kebersamaan

Sejumlah tokoh agama dan pemuka masyarakat mengikuti rapat koordinasi lintas agama yang difasilitasi Kementerian Agama Wilayah Sulawesi tengah di Palu. (Ilustrasi)
Foto: Antara/Basri Marzuki
Sejumlah tokoh agama dan pemuka masyarakat mengikuti rapat koordinasi lintas agama yang difasilitasi Kementerian Agama Wilayah Sulawesi tengah di Palu. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) akan menghadirkan Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu Prof H Zainal Abidin pada sidang sinode Gereja Kristen Sulteng ke-46 yang digelar di Palu, 17-20 November 2016. Pakar Pemikiran Islam Modern itu, diminta untuk memaparkan materi sekaligus ceramah dengan judul membangun kebersamaan dalam keberagaman dihadapan pemeluk agama Kristen pada Kamis (17/11) di Grand Hall Mercure Hotel Palu.

"Iya, sesuai dengan surat dari GKST nomor 17/PP-SS.GKST 46th/X/ 2016, saya diminta untuk hadir menyampaikan ceramah tentang membangun kerbersamaan di tengah keberagaman," kata Prof. Zainal Abidin, di Palu, Kamis (10/11).

Ketua Majelis Ulama Indonesia Kota palu itu akan bersedia hadir pada Sidang Sinode GKST tersebut, sekaligus menyampaikan ceramah tentang membangun kebersamaan antar umat beragama atau antar sesama manusia yang hidup di muka bumi. Dia mengatakan, kebersamaan antar sesama manusia dan antar sesama pemeluk agama perlu untuk di jaga dan dikembangkan sebaik mungkin, agar kehidupan terjalin dan teruwud secara harmonis sehingga tidak ada pemeluk agama yang terganggu.

Menurutnya, pemeluk agama perlu mengedepankan etika untuk menjaga kebersamaan dalam kehidupan ini. Yaitu, menghargai dan menjunjung tinggi keyakinan pemeluk agama lain beserta kitab suci yang dipedomani oleh pemeluk agama tersebut.

"Dalam kebersamaan kita perlu untuk saling mengahargai, menjunjung tinggi harkat dan martabat sesama manusia, jangan kita saling menggunjing, menghina, serta mengutuk seseorang hanya karena berbeda keyakinan," ujarnya.

Zainal menegaskan, bahwa sesama pemeluk agama tidak boleh mengedepankan fanatik agama dalam berbuat suatu kebaikan dalam kehidupan sosial, sekaligus suatu perbuatan kebaikan cenderung dipengaruhi oleh pemahaman agama. "Baik dan buruk telah diatur oleh agama. Namun, hal itu jangan sampai kita sesama pemeluk agama membawa fanatik kita yang berlebihan dalam kehidupan sosial. Jangan sampai kita mau menolong orang dilihat dari agamanya, itu pemahaman yang keliru," sebutnya.

Dia berharap, sidang sinode GKST ke-46 di Palu dapat terselenggarakan dengan baik serta menghasilkan sutau terobosan yang berdampak pada peningkatan kerukunan antar umat beragama.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement