Rabu 09 Nov 2016 04:23 WIB

Difitnah, Guru MAN Puruk Cahu 'Ditangkap' Polisi

Guru BP Dan siswa SMA  (ilustrasi).
Foto: Republika/Musiron
Guru BP Dan siswa SMA (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MURUNG RAYA -- Murni, guru senior di MAN Puruk Cahu, Kabupaten Murung Raya digiring dua aparat kepolisian ke kantor Polsek setempat. Dia dilaporkan salah satu orangtua siswa telah melakukan penganiayaan. Penangkapan Murni dilakukan saat proses belajar mengajar di kelas. "Maaf ibu Murni, Anda kami tangkap. Untuk penjelasan silakan sampaikan kepada penyidik di kantor," ucap salah seorang aparat kepolisian.

Penangkapan Murni membuat kaget seluruh warga MAN Puruk Cahu. Para siswa yang sedang belajar berhamburan mengejar guru kesayangannya hingga ke kantor polisi. Beberapa di antaranya membawa spanduk meminta agar ibu gurunya dilepaskan.

"Saya tau ibu Murni difitnah. Saya minta ibu guru kami dilepaskan," ucap salah seorang siswi dalam orasi sambil terisak menangis.

Cerita di atas merupakan salah satu potongan drama yang disuguhkan siswa-siswi MAN Puruk Cahu pada perayaan hari lahir MAN Puruk Cahu di halaman madrasah, belum lama ini.

Drama yang melibatkan puluhan siswa dari Sanggar Al-Hijrah binaan Siti Ramlah itu, diambil dari kisah nyata yang terjadi di negeri ini. Penampilan drama itu disaksikan langsung oleh Kakanwil Kemenag Kalteng H Abdul Halim dan istri Hj Khatmah serta sejumlah pejabat Kementerian Agama Kabupaten Murung Raya. Juga, turut menyaksikan mantan Wakil Bupati Murung Raya, H Abdul Muthalib, Wakil Ketua DPRD Mura, Rejikinnor.

Drama diawali dengan cerita masuknya ibu Murni, guru bahasa Indonesia di MAN Puruk Cahu ke salah satu kelas dan memulai proses belajar mengajar. Di tengah proses belajar mengajar, masuk salah satu siswa Andi. Tanpa permisi Andi langsung menyelonong masuk dan duduk di kursi paling belakang.

Melihat itu, ibu guru Murni menegur. Andi kenapa kamu sering terlambat, tanya ibu guru Murni. Dengan bahasa yang agak kasar Andi mengaku terlambat karena bangun kesiangan. Ibu Murni pun menasehatinya agar Andi tidak mengulanginya di kemudian hari.

Esok harinya, Andi kembali terlambat. Tidak hanya itu, dia juga tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR) mata pelajaran bahasa Indonesia. Rupanya kesabaran ibu guru Murni mulai hilang. Bu guru pun memarahi Andi dan menyuruhnya ke luar kelas untuk mengerjakan PR.

Karena malu dimarahi guru dan disuruh keluar kelas, Andi yang diceritakan sebagai anak semata wayang salah satu pejabat di Kabupaten Murung Raya, meradang. Murid ini pun membentak guru Murni dan mengacam akan mengeluarkannya dari MAN Puruk Cahu.

Kemudian kepada kedua orangtuannya, Andi mengaku telah dipukul oleh ibu guru Murni. Tak terima anak kesayangannya dianiaya, ayah Andi mendatangi ibu guru Murni dan memukul serta menodongkan pistol ke arah ibu guru Murni. Tak hanya itu, ayah Andi juga melaporkan ibu guru Murni ke Mapolsek.

"Cerita dan akting para siswa sangat bagus, saya jadi sangat meresapinya. Bahkan saya hampir meneteskan airmata," ucap Kakanwil Kemenag Kalteng H Abdul Halim.

Dari cerita itu, Abdul Halim mengatakan, bahwa segala sesuatu harus dicari terlebih dulu akar permasalahannya. Sehingga, tindakan yang diambil tidak menimbulkan fitnah dan salah sasaran sehingga merugikan orang lain. "Ini pelajaran penting bagi semua. Tidak hanya guru, orang tua, siswa maupun aparat berwenang. Bahwa untuk membuktikan suatu kebenaran itu, harus ditelusuri terlebih dulu akan permasalahannya," katanya.

sumber : kemenag.go.id
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement