REPUBLIKA.CO.ID SOLO -- Raden Tumenggung Natadiningrat atau Paku Alam II sempat menyelipkan bait pengingat untuk para ulama di pulau Jawa. Pesan itu tertulis dalam kitabnya berjudul Serat Sandiwanito. Pada dasarnya kitab tersebut berisi ajaran tentang cara memilih perempuan untuk dijadikan pasangan hidup melalui kepribadian dan fisik.
“Ada beberapa kawit dalam Serat Sandiwanito, yang merupakan Suluk yaitu bait-bait yang bernafaskan ajaran Islam. Sehubungan Paku alam II merupakan muslim,” tutur Pustakawan dan Pembina Budaya Jawa Universitas Sebelas Maret Solo, Hartini saat berbincang dengan Republika.co.id pada Selasa (8/11) siang.
Dalam kawit Dandanggulo bait ke-16, Paku Alam II mengingatkan ulama untuk bersabar saat menghadapi permasalahan. Ulama diharapkan melakukan introspeksi ketika masalah datang. Selain itu ulama juga diingatkan untuk memperjelas tujuannya sebagai orang yang banyak mengetahui ilmu agama untuk disampaikan pada umat.
“Saat ada masalah seorang ulama itu harus bertanya pada hati yang paling dalam, semua ulama ketika tidak bisa memutuskan sesuatu diharuskan bertaubat, meluruskan tujuannya dan menyerahkan diri pada Tuhan,” jelas Hartini menerangkan isi kawit Dandanggulo.
Serat Sandiwanito ditulis pada 1823 tahun Jawa atau 26 Desember 1893 di Gedung Kepanjen Tambak Rejo Abdi Keraton. Selain membahas tentang wanita dan beberapa bait nasihat untuk para ulama, beberapa bait di Serat Sandiwanito juga mengajarkan tentang ketauhidan dan penciptaan alam semesta. Menurut Hartini, hanya ada satu kitab Serat Sandiwanito.
Saat ini kitab tersebut menjadi koleksi pribadinya. Kendati demikian Hartini tengah berncana untuk menyerahkan kitab tersebut pada museum UNS. Berikut isi bait ke-16 Dandangulo, Serat Sandiwaniton yang sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia.
Semua ulama dan auliya yang mukmin, Sabar, syukur dan rela, sudah tiada ciptanya,
Jika merasa sesak di hati segera introspeksi diri dengan hati terdalam,
Harus bertobat dengan sungguh-sungguh dan memperjelas tujuan,
Harus merasa bersalah berserah diri kepada Tuhan merasa sebagai hamba.