REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi umat pada 4 November (4/11) sebenarnya sukses digelar dengan sangat damai. Namun, provokasi dan lambannya reaksi pemerintah sangat disayangkan hampir semua pihak.
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) telah mencermati perkembangan situasi yang terjadi beberapa hari belakangan. Karenanya, PBNU mengeluarkan sejumlah penegasan terkait Aksi Damai 4 November yang diikuti jutaan umat Islam di Indonesia.
1. Kami mengapresiasi Aksi Damai 4 November tentu hendak meluruskan etika berpolitik para pemimpin. Karena, hakikat kepemimpinan adalah memberikan teladan yang baik atau uswatun hasanah, bukan dengan mengeluarkan kebijakan atau pernyataan yang menimbulkan kontroversi atau perpecahan di masyarakat.
2. Adapun mengenai kericuhan yang ditimbulkan, kami tidak yakin bahwa itu dilakukan para pengunjuk rasa Aksi Damai 4 November. Kami justru menengarai hal itu dilakukan oleh kelompok yang ingin merusak kemurnian dan niat suci dari tujuan gerakan Aksi Damai 4 November.
3. Menyayangkan kelambanan pemerintah dalam melakukan komunikasi politik dengan rakyatnya. Mendesak kepada pemerintah untuk segera melakukan dialog yang lebih intensif dengan seluruh tokoh dan pemuka lintas agama, sehingga terbangun suasana yang kondusif.
4. Menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk bersatu padu, senantiasa membangun ukhuwah dan memperkokoh ikatan kebangsaan Indonesia.
PBNU berharap, peristiwa ini menjadi pelajaran yang paling berharga bagi kita sebagai bangsa agar tidak mengulanginya lagi. Sikap itu sendiri disampaikan lewat rilis yang diterima Republika, Ahad (6/11), ditandatangani Ketua Umum Said Aqil Siroj dan Sekjen PBNU Faishal Zaini.