REPUBLIKA.CO.ID, oleh : H Jangga Hasibuan *)
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita mendegar saudara, sahabat, atau bahkan orang tua kita, membicarakan tentang seorang saudara seiman yang lainnya. Biasanya, mereka ini, merasa tidak bersalah dan didahului dengan untaian 'kalimat sakti' sebelum membicarakan orang lain.
Biasanya kalimatnya begini “Bukan bermaksud menjelekkan dia tapi kenyataannya dia…” sering juga begini “Bukan bermaksud mengungkit, tapi dia itu…”. Masih banyak lagi kalimat yang sejenis dan tujuannya sama yaitu membicarakan keburukan saudaranya atau orang lain.
Itulah salah satu perbuatan ghibah. Bahasa yang sederhana dari ghibah adalah mengumpat, menggunjing, ngerumpi atau membicarakan orang lain. Ghibah adalah menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri seorang muslim, sedang ia tidak suka (jika hal itu disebutkan). Baik dalam keadaan soal jasmaninya, agamanya, kekayaannya, hatinya, ahlaknya, bentuk lahiriyahnya dan sebagainya.
Caranya-pun bermacam-macam. Di antaranya dengan membeberkan aib, menirukan tingkah laku atau gerak tertentu dari orang yang dipergunjingkan dengan maksud mengolok-ngolok.
Ghibah adalah termasuk dalam dosa besar sesuai dengan firman Allah dalam Alquran.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
“Janganlah sebagian kalian menggunjing/ mengghibahi sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kalian memakan daging saudaranya yang telah mati ? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Q.S.Al Hujurat : 12).
Bahkan, hadis Rasulullah SAW bersabda :
إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا
“Sesungguhnya darah-darah kalian, harta-harta kalian, (dan juga kehormatan kalian) semua itu adalah haram atas kalian sebagaimana kesucian hari kalian ini (hari ‘Arafah), pada bulan kalian ini dan di negeri kalian yang suci ini.
Sedangkan buruk sangka atau syu`udzon adalah kebalikan dari baik sangka atau husnu dzon. Buruk sangka merupakan salah satu penyakit jiwa, dan termasuk pula sifat tercela. Orang yang dihinggapi penyakit buruk sangka selalu curiga terhadap orang lain. Jika ada orang lain sedang bercakap-cakap lalu disangka sedang mempercakapkan keadaan dirinya. Jika ada orang yang mendapat keuntungan disangkanya orang itu memperoleh keuntungan dengan cara-cara yang tidak baik. Jika ia melihat teman sekelasnya memperoleh nilai yang baik dalam ulangan atau ujian, dituduh temannya itu menyontek, atau dituduhnya guru itu pilih kasih dalam memberi nilai dan sebagainya.
Buruk sangka adalah juga merupakan perbuatan dosa, sebagaimana dalam surat At-Taubah : 12 Artinya : Allah Ta’ala berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. (At-Taubah : 12)
Rasulullah juga melarang kita berburuk sangka sebagaimana sabda Nabi yang sudah dituliskan di atas. Sifat buruk sangka membuat orang selalu gelisah, senantiasa diliputi perasaan waswas dan curiga kepada orang lain. Orang yang berburuk sangka biasanya sulit bekerja dengan orang lain, karena semua dianggap salah dan curang. Sebenarnya hal yang demikian itu hanya perasaannya saja, karena ia menganggap orang lain seperti dia yang selalu curiga. Bahkan selanjutnya buruk sangka ini dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
Karena itu, umat Islam harus menjauhi ghibah dan syu'udzon. Islam itu tinggi dan tidak yang lebih tinggi dari itu. Oleh karena itu, penting bagi umat Islam selalu meningkatkan kualitas iman dan taqwa kepada Allah SWT dengan mengerjakan seluruh perintah Allah SWT dan meninggalkan seluruh larangan Allah SWT.
Islam sangat memperhatikan hablumminannas agar tidak terjadi gesekan yang pada ujungnya terjadi perpecahan umat. Beberapa penyebab terjadinya perpecahan di antaranya adalah syu'udzon dan ghibah.
Syu'udzon dan ghibah adalah tipu daya syaitan untuk menjerumuskan manusia agar senantiasa bertikai. Beruntunglah orang yang sibuk mengoreksi diri sendiri dari pada mengoreksi keburukan orang lain. Untuk itu, umat Islam harus senantiasa mempererat silaturahim.
*) Kasi Sarana dan Prasarana Madrasah Kanwil Kemenag Kepri