Jumat 04 Nov 2016 09:32 WIB

Menlu Retno Tegaskan Peran Penting Wanita Melawan Terorisme

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus Yulianto
Aktivis wanita dari Gaza, Palestina Widya Sha’at menceritakan mengenai kondisi terkini kaum wanita dan anak-anak di jalur Gaza saat berkunjung ke kantor Harian Republika di Jakarta. (Ilustrasi)  (Republika/ Darmawan)
Foto: Republika/ Darmawan
Aktivis wanita dari Gaza, Palestina Widya Sha’at menceritakan mengenai kondisi terkini kaum wanita dan anak-anak di jalur Gaza saat berkunjung ke kantor Harian Republika di Jakarta. (Ilustrasi) (Republika/ Darmawan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- World Peace Forum memang fokus membahas kekerasan ekstrimisme. Namun, World Peace Forum turut mengangkat peranan penting wanita untuk melawan kekerasan ekstrimisme.

Menteri Luar Negeri RI, Retno Lestari Priansari Marsudi, menilai, wanita semakin memliki peranan penting, termasuk untuk melawan ekstrimisme, radikalisme, dan terorisme. Karena itu, dia meminta, masyarakat dunia bisa menjadikan kekuatan wanita sebagai salah satu benteng, untuk mempertahankan perdamaian di dunia. "Wanita memiliki peranan penting, yang bukan cuma bernilai bagi dirinya sendiri tapi untuk bangsa dan negara," kata dia, Kamis (3/11).

Untuk itu, dia berharap, perempuan seuruh dunia mempersiapkan pendidikan dan kekuatan, sehingga benar-benar menjadi salah satu tumpuan bangsa dan negara. Retno merasa, pendidikan dan kekuatan mampu menjadikan wanita sebagai implementasi tepat dari sebuah kerjasama, termasuk sebagai agen kekuatan.

Selain itu, Retno mengingatkan, perdamaian memerlukan kerjasama internasional, karena itu merupkana kunci melawan terorisme dan kekerasan ekstrimisme. Kata dia, tidak ada negara yang mampu melawan terorisme sendirian, dan Indonesia bisa saja menjadi wadah kerjasama dunia melawan terorisme.

Menurut Retno, keterlibatan masyarakat sipil menjadi aspek penting lain, yang sebenarnya berperan penting memberikan ideologi kontra terorisme. Terlebih, perekrutan kelompok-kelompok teror semakin berkembang, termasuk menggunakan media sosial sebagai propaganda dan laman internet untuk komunikasi.

"Usaha ini memang harus melibatkan masyarakat sipil, organisasi-organisasi seperti Muhammadiyah dan Nahdaltul Ulama menjadi garda terdepan memberikan ideologi kontra terorisme," ujar Retno.

Menjadi pembicara kunci terakhir di World Peace Forum, Retno menuturkan, radikalisme dan kekerasan ekstrimisme merupakan ancaman bagi perdamaian dunia, Menurut dia, keduanya tidak memiliki keterkaitan dengan agama atau bangsa manapun, dan masyarakat dunia harusnya sudah memahami itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement