REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan, prinsip Islam yang moderat di Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia perlu dijaga. Selain itu, Indonesia juga perlu konsiten dalam menjaga sistem moderasi, karena kalau sampai lengah dapat menyebabkan ekstremisme. "Tidak ada yang menginginkan ini terjadi," kata Susi dalam acara Forum Perdamaian Dunia (World Peace Forum/WPF) ke-6 di Jakarta, Kamis (3/11).
Dia menilai, Indonesia,yang lebih dari 80 persen penduduknya beragama Islam, sampai saat ini, telah mampu mengakomodasi perbedaan dengan baik. "Ini adalah tugas kita bersama meyakinkan bahwa tidak ada yang menganggu, mengacaukan, memengaruhi, atau memicu ancaman terhadap perdamaian dan kemoderatan. Ekstremisme tidak boleh tumbuh di negeri ini," ucap dia.
Indonesia juga berkewajiban mempromosikan kemoderatan sekaligus mendukung setiap negara untuk menjalankan kedaulatan dalam menyejahterakan rakyatnya. Mengingat, salah satu ancaman ekstremisme dapat muncul dari kondisi ekonomi negara yang buruk, misalnya negara yang gagal menyediakan kebutuhan dasar warganya.
Susi juga berpesan, bahwa setiap negara bangsa harus mampu menjaga komunikasi untuk bekerja sama mengentaskan kemiskinan dan membangun pondasi ekonomi dunia. Untuk menerapkan hal tersebut, dibutuhkan sikap saling menghargai dan tolerasi dari masing-masing negara sehingga tidak ada lagi pemaksaan kehendak dari negara yang merasa kuat kepada yang lemah.
"Kalau saling menghargai dan tolerasi terjadi, negara dapat menyejahterakan keluarga dan menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang generasi muda untuk memahami perbedaan dan belajar tolerasi," ucap Susi.
Karena itu, dia meminta, semua elemen di dunia untuk bekerja sama, terutama untuk menciptakan landasan demi mewujudkan perdamaian di dunia. Namun, ucap dia, apa yang terjadi di Indonesia bisa dijadikan contoh, bagaimana orang-orang bisa bekerja sama dan memupuk kekuatan dari perbedaan yang ada. "Indonesia merupakan negara dengan populasi Muslim terbesar, tapi senantiasa mengakomodasi semua perbedaan yang ada," kata Susi.
Sambutan yang disampaikan Susi ternyata mendapat tepukan tangan yang cukup riuh, dari hampir seluruh peserta World Peace Forum 2016. Bahkan, sejumlah peserta dari Eropa dan Timur Tengah tampak berulang kali menepuk tangan, saat Susi selesai menyampaikan satu kalimat yang memang sangat menerangkan kesuksesan toleransi di Indonesia.