Selasa 01 Nov 2016 20:58 WIB

Pengajian Online Muhammadiyah Jerman: Pentingnya Indonesia di Mata Jerman

Rep: Amri Amrullah/ Red: Damanhuri Zuhri
Fauzi Bowo
Foto: Antara/Zabur Karuru
Fauzi Bowo

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -– Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Federal Jerman Dr Ing Fauzi Bowo menyampaikan pandangan-pandangannya seputar perkembangan hubungan bilateral antara Indonesia dan Jerman secara live dalam sebuah program milik PCI Muhammadiyah Jerman Raya.

Acara ini diadakan akhir pekan lalu ini bernama Pengajian Online Uni-Eropa atau disingkat PENNA yang juga disiarkan secara streaming melalui dua radio berskala internasional  www.radioppidunia.org dan www.radiomu.web.id.

Dalam kesempatan ini, Foke, demikian sapaan akrab Fauzi Bowo, memulai dengan menyampaikan tentang perkembangan secara garis besar hubungan antara kedua negara tersebut yang telah dibangun sejak 1952 hingga saat ini.

Menurut Foke, meskipun hubungannya bersifat up and down, trendnya semakin ke sini semakin positif dan mengarah pada peningkatan yang luar biasa.

Sebagai contoh, ungkap Foke yang juga lulusan doktor Jerman ini, baru-baru ini dirinya bertemu dengan pemerintah Jerman. Dalam pertemuan tersebut, pemerintah Jerman mengakui Indonesia adalah bagian terpenting dari mitra kerjasama Jerman.

Karena itu, Presiden-presiden Indonesia sejak Soekarno hingga Jokowi selalu mengadakan kunjungan ke Jerman. Selain itu, keberadaan Jerman dan Indonesia sebagai anggota G-20 (The Group of Twenty) menunjukkan kedua negara ini memiliki hubungan bilateral yang cukup baik dari waktu ke waktu.

Di bidang pendidikan, sambung Foke, sepertiga dari 18 ribu-an warga Indonesia yang ada di Jerman adalah para pelajar. Mereka tersebar di berbagai kota di Jerman. “Lebih dari lima ribu-an orang adalah para pelajar baik yang ada di sekolah maupun di perguruan tinggi,” ungkap Foke dalam keterangan pers, Selasa (1/11).

Menurut Foke, ini adalah potensi besar yang dimiliki Indonesia, karena untuk sekolah di Jerman bukanlah hal yang mudah terutama soal bahasa.

Karena itu, Presiden Jokowi April lalu melakukan kunjungan ke Berlin dan bertemu langsung dengan Kanselir serta Presiden Jerman guna menjalin kerjasama yang salah satunya di bidang pendidikan vokasi, salah satu prioritas program era Jokowi-JK.

“Hal yang penting juga adalah, saya sudah minta ke Atase Pendidikan untuk mencatat para ilmuwan Jerman yang pernah menulis tentang Indonesia sebagai disertasi mereka. Orang-orang ini akan kita berikan penghargaan khusus,” ungkapnya.

Di bidang budaya, kata Foke, Jerman sangat mengagumi Indonesia sebagai negara dengan mayoritas berpenduduk Muslim tetapi bisa bersanding dengan demokrasi. Budaya Indonesia yang beragam pun menjadi daya tarik tersendiri bagi orang Jerman.

Menurut Foke, saat ini jumlah warga Jerman yang bisa berbahasa Indonesia terus bertambah meski tidak begitu banyak. “Jerman mengakui Indonesia adalah model negara Muslim yang demokratis yang ini belum cukup berhasil di negara-negara Timur Tengah,” lanjut mantan gubernur DKI Jakarta ini.

Acara yang dipandu oleh Ahmad Muktaf Haifani di kantor KBRI Berlin ini berlangsung selama kurang lebih dua jam. Dalam kesempatan ini pula, Dubes RI mengutarakan kemajuan-kemajuan kerjasama yang telah dilakukan antara Jerman dan Indonesia.

“Meskipun turis Jerman yang ke Indonesia tidak sebanyak negara-negara lain, tetapi ketika sekali kunjungan, waktu mereka menetap di Indonesia tergolong cukup lama, setidaknya dua minggu-an lebih,” ungkap Foke menerangkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement