REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo berharap santri tidak hanya memilliki ahli di bidang agama namun juga mempunyai kemandirian, jiwa entrepreneur, dan memahami ekonomi syariah. "Kami juga ingin ada penyelarasan kurikulum yang mengajarkan ekonomi syariah di tingkat perguruan tinggi, supaya semakin efektif untuk pemahaman bagi pengembangan ekonomi syariah," ujar Agus dalam ajang Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) di Surabaya, Sabtu (29/10).
Direktur Utama BNI Syariah Imam Teguh Saptono menambahkan, pada dasarnya sekolah vokasi untuk pesantren adalah pendalamaan kurikulum agar menciptakan link and match. Hal ini untuk mendorong agar pesantren tidak semata-mata hanya mengembangkan kesyariahan atau pendidikan agama Islamnya saja, tetapi juga memastikan bahwa pesantren dapat melahirkan tenaga kerja siap pakai.
Apabila pendidikan vokasi di pesantren ini bisa dijalankan maka para santri akan memiliki keahlian tertentu seperti di bidang teknik maupun mekanik.
"Dengan demikian, ke depannya nilai jual lulusan pesantren akan meningkat karena mereka tidak hanya memiliki latar belakang pendidikan agama islam yang kuat, namun juga mempunyai keahlian yang mumpuni sehingga dapat melampaui lembaga pendidikan lainnya yang hanya memberikan pependidikan vokasional saja," kata dia.