Senin 24 Oct 2016 20:00 WIB

Masjid Kauman, Lebih Tua dari Kota Semarang

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Agung Sasongko
Masjid Kauman
Foto: Wikipedia
Masjid Kauman

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Sejarah syiar Islam di Kota Semarang tak dapat dipisahkan dari Masjid Agung Semarang (MAS) atau Masjid Besar Semarang (MBS). Bagi masyarakat Kota Semarang, masjid ini lebih dikenal dengan nama Masjid Kauman. Masjid Agung Semarang berbeda dengan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) yang juga dibangun di Kota Semarang sejak tahun 2004 silam.

Masjid yang berdiri kokoh di tengah hiruk pikuk aktivitas Pasar Induk Johar dan Pasar Yaik, Semarang, ini memiliki kaitan erat dengan berdirinya Pemerintah Kabupaten Semarang--sekarang Kota Semarang.

Tak hanya itu, masjid yang berdiri di Kelurahan Kauman, Kecamatan Semarang Tengah, ini juga memiliki banyak catatan sejarah sebagai pusat penyebaran tauhid. Namun, tidak diketahui secara pasti sejak kapan Masjid Agung Semarang ini dibangun.

Sunan Pandan Arang I

Berdasarkan sejumlah catatan-catatan yang dipercaya kebenarannya, Masjid  Agung Semarang didirikan pertama kali pada pertengahan abad XVI Masehi (1575 M) atau jauh sebelum masa penjajahan di bumi nusantara ini.

Namun, masjid ini diakui justru lebih tua dari Kota Semarang itu sendiri. Pasalnya, cikal bakal terbentuknya Kota Semarang justru berawal dari masjid tersebut.

Dalam catatan sejarah Yayasan MAS atau MBS, masjid ini didirikan oleh Sunan Pandan Arang atau dikenal juga dengan sebutan Ki Ageng Pandan Arang. Bagi warga Semarang, mereka menyebutnya dengan nama Pandanaran. Ulama ini merupakan seorang maulana dari negara Arab yang bernama asli Maulana Ibnu Abdul Salam.

Oleh Sunan Kalijaga--lewat Sultan Hadiwijoyo (Pajang)--Sunan Pandan Arang ditunjuk untuk menggantikan kedudukan Syekh Siti Jenar.

Sunan Pandan Arang ditugaskan untuk menyampaikan syiar Islam di daerah sebelah barat Kasultanan Bintoro Demak. Belakangan, daerah ini dikenal dengan nama 'Semarang' yang berasal dari kata asem arang (pohon asam yang tumbuhnya jarang--Red).

Saat mengawali dakwah dan syiar Islam di tlatah (wilayah) baru ini, Sunan Pandan Arang mendirikan sebuah padepokan untuk pusat kegiatan dakwah Islam di kawasan bukit Mugas.

''Padepokan inilah yang kelak menjadi cikal bakal MAS,'' ungkap Muhaimin, salah seorang pengurus Bidang Dakwah dan Peribadatan Yayasan MAS, kepada Republika.

Dalam penyebaran Islam, Sunan Pandan Arang atau Pandanaran mendirikan padepokan (stechter) Kota Semarang yang dimulai dari perkampungan Bubakan Semarang. Karena pengaruhnya, ia pun diangkat sebagai bupati Semarang I.

Saat itu pula, pusat kegiatan syiar yang ada di Mugas dipindahkan ke Bubakan dengan mendirikan masjid yang pada perkembangannya berdekatan dengan kekuasaan VOC.

Namun, pada masa pendudukan kolonial Belanda, pecahlah pemberontakan etnis Cina terhadap Pemerintah Kolonial Belanda di Semarang. ''Masjid ini pun ikut terbakar habis,'' jelas Muhaimin.

Kemudian, pada era pemerintahan bupati Raden Mas Tumenggung Mertoyudo yang bergelar Kiai Tumenggung Adipati Surohadi Menggolo ke-II (1743- 1751), sebuah masjid dibangun di sebelah barat Bubakan, tepatnya di alun-alun Semarang sekarang ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement