Ahad 23 Oct 2016 18:49 WIB

Pesantren Diminta Jauhkan Santri dari Pemikiran Menyimpang

Sejumlah santri mengikuti upacara petingatan hari santri.
Foto: Republika/Prayogi
Sejumlah santri mengikuti upacara petingatan hari santri.

REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Bupati Kubu Raya Rusman Ali meminta para pengasuh pondok pesantren yang ada di kabupaten itu bisa menjauhkan para santri dari perilaku dan pemikiran yang menyimpang dari akidah Islam.

"Pada peringatan Hari Santri Nasional ini, saya mengharapkan dapat dijadikan momen untuk berjuang menjauhkan umat dari perilaku dan pemikiran yang menyimpang," kata Rusman Ali di Sungai Raya, Ahad (23/10).

Menurutnya, jika dulu umat Islam berjihad dengan bersenjata mengusir penjajah, maka jihad sekarang adalah jihad perbaikan untuk menjaga umat dari akidah cara berfikir yang menyimpang. "Kita harus bisa menjauhkan diri, keluarga dan masyarakat kita dari Narkoba, dan ajaran sesat," ujarnya.

Rusman Ali menilai, peringatan Hari Santri Nasional yang ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo pada 22 Oktober 2015 memiliki makna tersendiri bagi kaum santri. Penetapan tersebut sebagai sebuah pengakuan bagi para santri dari negara.

"Pengakuan adanya Hari Santri berarti pengakuan terhadap peran para santri dalam rangka membela, mempertahankan dan menjaga negara kesatuan Republik Indonesia," katanya.

Rusman Ali mengatakan, para santri dididik oleh para ulama. Di samping dididik untuk menjadi orang yang paham betul dalam agama, tapi juga di didik menjadi Al Mujahidin, yakni orang yang menjadi pejuang dalam membela agama, membela daerah dan membela negara.

"Para ulama mengajarkan kita hubbul wathon minal iman, cinta tanah air sebagian dari Iman. Karena itu bagi para santri membela tanah air adalah merupakan bagian dari kewajiban jihad para santri di dalam negara Republik Indonesia," kata Rusman Ali.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement