REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Helmy Faisal Zaini mengajak para santri dan kiai untuk melawan gerakan radikal, karena gerakan tersebut sudah mengancam Pancasila dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Santri harus bangkit melawan gerakan radikal. Kita harus mempertahankan Pancasila dan NKRI. Kami minta aparat untuk menindak tegas ormas anti-Pancasila dan NKRI," katanya dalam upacara Hari Santri Nasional di kompleks PCNU Kabupaten Magelang, Selasa.
Prosesi Hari Santri Nasional dimulai dengan penyambutan Tim Ekspedisi PBNU dan Apel Kesetiaan Santri dalam rangka Memperingati Hari Santri 22 Oktober di perbatasan Jateng-DIY di Salam. Mereka kemudian dikawal ratusan santri dan Banser menuju kantor PCNU. Sebanyak 20 klub Jeep ikut mengawal rombongan Tim Ekspedisi PBNU.
Helmy mengatakan Hari Santri adalah hari bela negara sehingga sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia. Santri memiliki sejarah perjuangan panjang dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
"Sebelum Indonesia merdeka, pesantren sudah menjadi tempat pendidikan anak muda dan tempat berjuang. Ini diakui Bung Tomo. Berkat NU Indonesia bisa menjadi bangsa yang damai dan menghargai perbedaan," tuturnya.
Ia menuturkan jihad tidak hanya bermakna berjuang mengangkat senjata saja. Berjihad tidak sama dengan mengebom dan meneror masyarakat. PBNU ingin menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang ramah bukan pemarah dan Islam itu merangkul bukan tukang pukul.
"Bagi NU, NKRI adalah format ideal. Kami kampanyekan 'Islam for peace'. Islam bagi perdamaian dunia. Kami akan berikan perlindungan untuk semua pihak. Islam itu merangkul bukan memukul. Islam adalah agama yang ramah bukan pemarah," tegasnya.