REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengenalkan Mushaf Santri, yaitu lembaran-lembaran Alquran yang ditulis tangan oleh santri dari sejumlah pondok pesantren di seluruh Indonesia.
"Mushaf Santri ini jadi bentuk bahwa kita sedang membuat budaya menulis Alquran di kalangan santri dan lebih luas lagi ke seluruh masyarakat Indonesia," kata Lukman di acara Sehari Menulis Dua Mushaf di Kantor Kemenag, MH Thamrin, Jakarta, Rabu (12/10).
Penulisan Mushaf Santri itu dilaksanakan jelang perayaan Hari Santri Nasional pada 22 Oktober 2016 yang juga bersamaan dengan penyelenggaraan Pekan Olahraga dan Seni Santri Nasional (Pospenas) VII di Serang, Banten.
Guna memperluas minat menulis mushaf, Lukman mengatakan pihaknya menyertakan sekitar 40.128 santri dari 33 provinsi se-Indonesia.
Mereka menulis Mushaf Santri secara serentak di Kementerian Agama tingkat pusat hingga daerah. "InsyaAllah akan menghasilkan mushaf hasil tulis tangan santri pondok pesantren di Nusantara," ujar Lukman.
Mushaf Santri, kata dia, nantinya akan diresmikan Presiden Joko Widodo di acara pembukaan Pospenas VII.
Lukman berharap tradisi menulis mushaf dapat menjadi budaya umat Islam di Indonesia yang sebelumnya dikenal sebagai Muslim yang gemar membaca Alquran.
"Harapannya tentu generasi muda kita terbiasa untuk menulis ayat Al Quran. Dengan menulis, secara tidak langsung juga melihat tulisan itu dan juga mengingat apa yang ditulis. Manfaat kegiatan ini tentu akan besar," tuturnya.
Untuk membudayakan penulisan mushaf, Lukman memprogramkan kegiatan ekstrakurikuler menulis ayat Alquran di sejumlah pondok pesantren. "Menulis mushaf belum menjadi kurikulum. Karena kalau kurikulum perubahannya cukup rumit. Setidaknya menulis ini menjadi kegiatan tambahan di pondok pesantren atau madrasah-madrasah kita, ini 'kan waktunya tidak terlalu menyita, cukup 5-10 menit yang penting setiap hari generasi muda kita terbiasa untuk menulis ayat Alquran," imbuhnya.