Sabtu 08 Oct 2016 05:59 WIB

Campur Tangan Asing di Afganistan Tinggalkan Berbagai Warisan

Rep: Marniati/ Red: Agung Sasongko
Sebuah roket menghantam masjid di Afganistan.
Foto: AP
Sebuah roket menghantam masjid di Afganistan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Afghanistan modern adalah sisa dari salah satu dinasti Muslim besar masa lalu di wilayah itu, yaitu Dinasti Durraniyah yang didirikan oleh Ahmad Syah Durrani (1747-1772). (Baca: Islam Masuk ke Afganistan di Masa Khalifah Umar bin Khattab)

Dinasti Durraniyah mulai terpecah-pecah pada peralihan abad ke-19 akibat pertumpahan darah dalam memperebutkan suksesi, juga akibat semakin besarnya tekanan-tekanan politik dan militer dari luar.

Perang saudara yang berlarut-larut (1800-1880) mendorong terjadinya pelanggaran batas Afghanistan oleh Inggris dan Rusia yang mengakibatkan dua kali perang Inggris-Afghanistan, yakni yang terjadi pada 1839-1842 dan 1879-1880 dan terlepasnya beberapa wilayah Afghanistan.

Dalam Ensiklopedi Oxford : Dunia Islam Modern dijelaskan  perang saudara dan campur tangan penjajah ini meninggalkan berbagai warisan, terutama kebergantungan ekonomi, militer, dan teknologi Afghanistan yang kian meningkat pada kekuatan kolonial Eropa dan pascakolonial.

(Baca Juga: Dinasti-Dinasti Penguasa Afganistan)

Dampak bantuan dan campur tangan asing terjadi segera setelah perang Inggris-Afghanistan II (1879-1880) ketika Inggris mengangkat Amir 'Abd Al-Rahman Khan (1880-1901), anggota keluarga Muhammadzai dari Dinasti Durraniyah.

Dengan subsidi tahunan dan bantuan teknis Inggris, Amir Abd al-Rahman (Sang Amir Besi) mengonsolidasikan kekuasaan atas seluruh negeri.

Tidak seperti pendahulunya, Amir Abd al-Rahman percaya bahwa kekuasaannya sebagai amir berasal langsung dari Tuhan dan bukan dari dukungan rakyat atau kepala-kepala suku.

Dia memakai gelar dhi'ul millati wa al-din (cahaya bangsa dan agama) dan mengklaim bahwa tujuan Tuhan memberikan kedudukan khalifah kepadanya adalah untuk menghindarkan Afghanistan dari ancaman agresi asing dan menjaganya dari gangguan internal.

Dia memaksa rakyat Kafiristan (satu-satunya non-Muslim pribumi yang tersisa di negeri Afghan) untuk masuk Islam dan mengganti nama wilayah mereka dengan Nuristan (Negeri Cahaya).

Sang Amir Besi membenarkan kebijakan kejamnya secara sistematis dengan menandai monarkinya dengan baju Islam. Kebijakan Amir 'Abd al-Rahman dipertahankan dalam pemerintahan putranya, Amir Habib Allah (1901-1919).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement