Plesetan Pilkada Jakarta, Pendirian NKRI, dan Hormatilah Fam Baswedan!
Oleh: Geisz Chalifah, Pengamat Sosial dan Budaya
Berbeda pilihan boleh dan sah, tapi kalau menista leluhur itu tindakan tak terpuji. Itu yang saya baca dalam tulisan Omro L Toruan. Anda memelesetkan nama keluarga Baswedan menjadi "Wiz Edan". Jika Anda ingin mengkritik Anies, silakan. Mau memaki dia pun silakan. Anies tak keberatan, jika memang itu membuat Anda puas.
Tapi kalau Anda sudah memelesetkan nama keluarga, anda sudah keterlaluan. Ini bukan marah, melainkan sangat disayangkan! Yang juga disayangkan, banyak sekali orang yang meneruskan tulisan Anda itu sebenarnya berpendidikan. Sekolah mereka tinggi. Sayang sekali.
Apakah demi ingin memenangkan Pak Basuki menjadi gubernur lagi Anda tidak lagi terikat dengan sopan santun? Apakah keluarga Baswedan pernah merugikan anda secara pribadi? Jika iya, tolong japri saya, apa masalahnya. Saya akan cari jalan keluarnya. Keluarga Baswedan ini tak memiliki banyak harta. Yang mereka miliki adalah nama baik. Jika satu-satunya nama baik ini juga dinista, sungguh, anda sudah keterlaluan.
Sekali-kali, anda datangilah komunitas Arab di daerah Ampel, Surabaya, Yogyakarta, Solo, Semarang. Anda akan temui bahwa nama Baswedan itu sangat dihormati. Bukan karena kekayaan mereka, tapi karena mereka memiliki darah untuk mau berjuang untuk perubahan yang lebih baik dalam hal sosial dan agama.
Keturunan Baswedan pertama datang ke Nusantara ini dalam rangka menyiarkan dakwah Islam. Mereka bukan kelompok miskin di Hadramaut sana, mereka cukup terpandang. Namun, mereka ke sini demi syiar Islam. Bahkan, ada seorang keturunan Baswedan bernama Abdul Rahman Baswedan. Dialah yang berhasil menyatukan gerakan keturunan Arab Indonesia. Dialah yang memberikan narasi keindonesiaan kepada keturunan Arab di Indonesia. Guru Pak AR Baswedan adalah Syekh Ahmad Soorkati.
Dan, AR Baswedan inilah yang membawa surat pengakuan kemerdekaan Indonesia dari Negara Mesir. Mesir inilah Negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Anda tahu apa yang AR Baswedan pertaruhkan saat itu? Nyawanya. Dan, anda tahukah siapa yang mengirimkan telegram penting dari Bung Karno-Bung Hatta saat mereka ditangkap di Yogyakarta pada 1948, dan yang menjadi dasar bagi pendirian Pemerintahan Darurat Republik Indonesia yang dipimpin Pak Sjafurddin Prawiranegara? AR Baswedan. Tahukah Anda apa taruhannya? Nyawa!
Sekarang, coba anda cari dalam narasi sejarah tentang sisi negatif Baswedan?