Selasa 04 Oct 2016 03:45 WIB

Sosok Penakluk Konstantinopel

Lukisan saat Sultan Muhammad al-Fatin merebut kota Konstantinopel
Foto: IST
Lukisan saat Sultan Muhammad al-Fatin merebut kota Konstantinopel

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Khalifah terbaik yang dijanjikan Rasulullah SAW itu akhirnya muncul juga. Sang penakluk Konstantinopel itu bernama Sultan Muhammad Al-Fatih atau Barat menyebutnya Sultan Mehmed II. Pemimpin yang telah diprediksi Rasulullah delapan abad sebelumnya itu terlahir pada 29 Maret 1432.

Sultan Muhammad II tampil secara gemilang memimpin ratusan ribu tentara Muslim menggempur ibu kota Bizantium pada usia 21 tahun. Sebuah pencapaian yang begitu gemilang. Ketika Sultan Muhammad II terlahir ke dunia, kedua orang tuanya sudah melihat isyarat bahwa sang buah hati akan menjadi pemimpin besar.

(Baca: Jatuhnya Konstantinopel dan Prediksi Rasulullah)

Menjelang kelahirannya, sang ayah Sultan Murad II juga sebenarnya sebenarnya sedang mempersiapkan diri untuk menggempur imperium Bizantium yang berbasis di Konstantinopel. Seorang ulama besar Syekh Syamsuddin Al Wali dari Khurasan sudah melihat tanda-tanda pada bayi yang diberi nama Muhammad itu.

Syekh Syamsuddin Al-Wali pun mendidik dan membimbing Sultan Muhammad II sejak masih kecil hingga menemaninya ke medan pertempuran untuk menaklukkan Konstantinopel. Sultan yang bergelar Al-Fatih atau ‘Sang Penakluk’ itu digembleng dengan pendidikan tarekat sufi dan keterampilan berperang. Ia didik dengan disiplin tinggi dan keras.

(Baca Juga: Islam Ubah Wajah Kota Konstantinopel)

Sehingga, Sultan Muhammad II sudah terbiasa dalam hidup susah dan menahan hawa nafsu. Ujian dan latihan yang dilaluinya sejak masa kecil itu kelak membuatnya menjadi seorang pemuda berjiwa kuat dan tahan banting.

Semua itu dipersiapkan demi untuk menepati janji Sang Pencipta melalui Rasulullah SAW, yakni menaklukkan Konstantinopel. Pelajaran teknik dan strategi perang didalaminya dari sejumlah panglima berpengalaman. Menginjak usia 19 tahun, Pangeran Muhammad akhirnya didaulat menjadi sultan.

Sebelum sukses menjebol benteng Bizantium, dia mendidik tentara dan rakyatnya agar menjadi orang-orang bertakwa. Bermodalkan itulah, dia mampu menggerakkan semangat para tentaranya untuk berjuang menegakkan janji Tuhan. Merebut Konstantinopel dari kekuasaan Bizantium. Janji itu akhirnya terbukti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement