Oleh: Ahmad Sastra
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasulullah SAW dalam salah satu sabdanya menegaskan bahwa Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali asing. Ada dua kata asing dalam penggalan hadis yang diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam Kitab al-Kabir ini. Kata asing yang pertama berkaitan dengan kedatangan Islam di tengah sistem kehidupan jahiliyah.
Kehidupan jahiliyah adalah seburuk-buruk sistem kehidupan pada masa itu. Seluruh puncak kemaksiatan manusia muncul pada zaman ini. Pada zaman ini akal dan wahyu sudah tidak dijadikan sebagai timbangan perilaku manusia. Seluruh perilaku kehidupan hanya dilandasi oleh naluri dan hawa nafsu juga mengabaikan nilai-nilai etis agama serta nilai-nilai rasionalitas.
Era jahiliyah diwarnai munculnya permusuhan antarmanusia karena kepentingan hedonistis. Berbagai tindak pembunuhan, tradisi mabuk-mabukan, perjudian, perzinaan, bahkan perbudakan terjadi begitu masif dan meluas. Seluruh perilaku buruk ini telah mendarah daging dalam kehidupan mereka, sulit untuk diubah.
Dalam bidang akidah, pada era jahiliyah, Allah tidak lagi dijadikan sesembahan. Mereka terjebak pada keyakinan nenek moyang yang penuh kemusyrikan dan kekufuran. Berbagai bentuk patung dan benda-benda lainnya dijadikan sebagai tuhan yang disembah. Istilah jahiliyah bukan berkaitan dengan tingkat kecerdasan otak, melainkan berkaitan dengan tidak berfungsinya akal dan akhlak manusia.
Dalam keadaan puncak kerusakan manusia inilah, Allah lantas mengutus seorang Rasul yang bernama Muhammad SAW untuk melakukan perbaikan pada seluruh kerusakan sistem kehidupan. Rasulullah dengan lantang dan tegas menyampaikan kesalahan akidah, pemikiran, serta perilaku mereka. Rasulullah menyampaikan, hanya Allah-lah yang berhak disembah seraya mengajak mereka untuk memeluk agama Islam.
Tampaknya kedatangan Rasulullah dengan dakwahnya ini mengusik keyakinan dan menyulut emosi kaum jahiliyah. Sebagai sosok orang Arab, Rasulullah sendiri bukanlah orang asing, melainkan ajaran-ajaran Islam yang disampaikan beliaulah yang dirasakan asing. Dalam titik inilah, Islam dianggap asing oleh kaum jahiliyah.
Kata asing kedua berkaitan dengan masa setelah Rasulullah. Pada era ini, kehidupan kembali dikuasai oleh sistem kehidupan jahiliyah. Kehidupan modern yang kini sedang dirasakan manusia akhir zaman adalah kehidupan yang tidak jauh kondisinya dengan zaman jahiliyah masa kenabian. Bahkan, bisa dikatakan lebih jahiliyah lagi sebab seluruh perilaku kemaksiatan pada zaman nabi kini terjadi lebih masif dan lebih luas.
Meski dianggap asing, Rasulullah melanjutkan sabdanya bahwa beruntunglah orang-orang yang dianggap asing. Para sahabat bertanya kepada Beliau SAW, "Siapakah orang-orang asing itu?" Rasulullah menjawab, orang asing itu adalah mereka yang melakukan perbaikan ketika kehidupan manusia sudah mengalami kerusakan. Jawaban Rasulullah ini sesuai dengan apa yang dilakukan Rasulullah pada zaman itu. Rasulullah adalah orang yang diutus Allah untuk melakukan perbaikan kerusakan hidup jahiliyah.
Kata idza (ketika) dalam lafaz yuslihuuna idza fasada an-naas, menurut al-Ausat dan al-Shagir, menunjukkan masa yang akan datang. Dalam hadis ini terdapat petunjuk bahwa kerusakan tersebut terjadi setelah masa sahabat. Artinya, jika merujuk pada kehidupan hari ini, masa kerusakan salah satunya adalah pada masa kita hidup sekarang.
Jahiliyah modern adalah kehidupan yang di dalamnya akal dan wahyu tidak lagi dijadikan rujukan serta timbangan pola pikir dan pola sikap manusia. Sebaliknya, orientasi sekularitas duniawilah yang dijadikan sebagai timbangan kehidupan manusia.
Orang beruntung pada saat ini adalah orang yang senantiasa berdakwah amar makruf nahi mungkar, mengubah kehidupan jahiliyah menjadi kehidupan Islam yang sejalan dengan wahyu Allah. Risikonya, ia akan dianggap sebagai orang asing. Keuntungannya adalah orang asing yang mendapatkan keberuntungan dari Allah, yakni mendapatkan ridha dan surga-Nya kelak di akhirat. Untuk mengenang momentum tahun baru Hijriyah tahun ini, jadilah orang asing yang mengubah kehidupan jahiliyah menjadi kehidupan Islami.