Ahad 02 Oct 2016 19:44 WIB

Penanggalan Hijriyah Sudah Saatnya Dibuat Lazim

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agus Yulianto
Sistem penghitungan pada kalender hijriyah menggunakan perputaran bulan. (ilustrasi)
Sistem penghitungan pada kalender hijriyah menggunakan perputaran bulan. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,

JAKARTA -- Pergantian tahun Hijriyah perlu dimaknai lebih dalam dari sekadar pergantian tahun. Selain perbaikan di berbagai sisi bagi ummat, pergantian tahun juga harus jadi momen kembali memakmurkan masjid.

Guru Besar IPB KH Didin Hafidhuddin mengatakan, momentum ini harus dimanfaatkan untuk perubahan dan peningkatan kualitas kehidupan ummat, baik di sisi pendidikan, ekonomi, kesatuan, dan persatuan. "Ummat harus memakmurkan masjid dan menjadikannya sebagai tempat penguatan ukhuwwah dan jamaah. Apalagi dalam menghadapi kegiatan politik dalam menentukan kepemimpinan," ungkap Kiyai Didin, Ahad (2/10).

Kiyai Didin yang juga Dekan Program Pasca Sarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor juga menyampaikan, Tahun Baru Hijriyah punya makna lebih dalam dari tahun masehi. Penting untuk memahamkan umat mengenai sejarah dan makna dibalik penanggalan hijriyah. "Dari sana juga ada momen untuk membangun ummat labih baik. Jadi pergantian tahun tidak sekadar pergantian tahun, tapi dimaknai mendalam," ujarnya.

Karena itu, Kiyai Didin melihat, sudah saatnya dalam keseharian penanggalan hijriyah dibuat lazim, disamping penanggalan masehi. "Karena kalender Hijriyah bukan semata-semata kalender biasa. Penanggalannya punya kaitan dengan ibadah dan sejarah di baliknya," ungkap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement