REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar ekonomi Islam Irfan S Beik mengakui peran Masjid dalam bidang ekonomi di Indonesia belum berjalan. Ia menilai Masjid masih hanya dipandang sebagai sarana ibadah, bukan sarana kegiatan umat.
Irfan menanggap para pengurus Masjid masih banyak yang merasa tabu jika beraktifitas ekonomi di Masjid. Padahal ia mengingatkan di zaman Nabi Muhammad SAW, masjid menjadi sentral kegiatan masyarakat.
Lebih dari sekedar ibadah, kala itu Masjid jadi tempat pengembangan ekonomi, politik, budaya hingga pengetahuan. Sehingga ia menilai dibutuhkan adanya perubahan pola pikir dari pengurus Masjid.
"Ini perlu perubahan mindset bagi pengurus Masjid agar Masjid tak hanya dilihat sebagai tempat ibadah, tapi tempat kegiatan umat. Apalagi masalah utama umat itu di bidang ekonomi," katanya kepada Republika, Selasa (27/9).
Menurut Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Syariah Institut Pertanian Bogor ini, perubahan pola pikir pengurus Masjid bukan sesuatu yang sulit asalkan ada kemauan.
Selain itu, dibutuhkan pula pelatihan terkait bisnis dan ekonomi syariah jika pengurus Masjid merasa kurang mampu dengan kondisinya saat ini. Upaya pelatihan inilah yang menurutnya jadi ladang bagi organisasi filantropi untuk turut membantu.
"Sehingga kita harap para pengurus Masjid menyadari peran ekonomi Masjid agar berupaya menuju perubahan. Memang tidak mudah, tapi ini bukan tidak mungkin. Inisiatif ini harus didorong lembaga lain juga seperti BAZNAS yang bisa kasih pelatihan," ujarnya.