REPUBLIKA.CO.ID,Dua putra Umar bin Khattab, Abdullah dan Ubaidullah keluar bersama pasukan ke Irak. Saat pulang ke Madinah, mereka berdua mampir ke kediaman Abu Musa al-Asyaari yang kala itu menjabat Gubernur Bashrah.
Alangkah senangnya hati Abu Musa melihat kedatangan dua putra Amirul Mukminin. Keduanya dijamu dengan amat baik. Lalu sebelum pulang keduanya ditawari modal untuk berbelanja di Irak.
"Ini ada harta dari harta Allah, aku ingin mengirimkannya kepada Amirul Mukminin. Aku akan meminjamkannya kepada kalian untuk membeli barang dagangan dari Irak. Ambillah keuntungannya dan modalnya kembalikan kepada Amirul Mukminin," ujar Abu Musa.
Dua putra Umar pun setuju. Setibanya di Madinah, Umar bertanya penuh selidik. "Apakah Abu Musa memberikan pinjaman kepada setiap pasukan seperti halnya dipinjamkan kepada kalian?" tanya Umar.
Keduanya menjawab,"Tidak!". Umar melanjutkan,"Lalu apakah karena kalian putra Amirul Mukminin sehingga ia meminjaminya kepada kalian? Berikan harta sekaligus keuntungannya ke Baitul Maal!" perintah Umar.
Kisah yang dinukil dari kitab Al Muwatha karya Imam Malik ini memberikan sebuah pelajaran besar. Sebuah kehati-hatian dipraktikkan pemimpin umat kala itu, Umar Bin Khattab RA. Umar paham saat ia menjabat pimpinan kaum Muslimin, mungkin ada sebagian sahabat yang mengistimewakan keluarganya.
Keluarganya diberikan fasilitas, kemudahan dan layanan. Meski sekilas tak ada uang negara yang terambil. Modalnya dikembalikan utuh oleh kedua putranya. Namun Umar melihat ada perlakuan istimewa yang didapat putranya. Maka ia memilih hati-hati, ia memilih wara.