REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Pengurus Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Nusa Tenggara Barat mengungkapkan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan asal Timur Tengah ke NTB serta predikat wisata halal yang diperoleh tidak dibarengi dengan peningkatan jumlah pramuwisata yang menguasai bahasa Arab dan China.
"Jumlah pramuwisata Nusa Tenggara Barat yang menguasai bahasa Arab dan Bahasa China hingga kini jumlahnya sangat minim," ungkap Ketua HPI NTB, Ainudin kepada wartawan di Kota Mataram, Rabu (7/9).
Menurutnya, saat ini jumlah keanggotaan HPI berkisar 700 orang, tersebar di seluruh wilayah kabupaten/kota se Nusa Tenggara Barat, dengan penguasaan berbagai bahasa, diantaranya China, Inggris, Arab, Jerman, Korea, Spanyol.
Ia menambahkan berbagai upaya dilakukan HPI untuk membangun sektor pariwisata. “Berbagai program kami jalankan, salah satunya program bersih pantai dan berbagai daerah wisata, bekerjasama dengan berbagai pemerintah kab/kota,” ungkapnya.
Akan tetapi, dirinya menuturkan, persoalan lain yang muncul adalah adanya pramuwisata ilegal di destinasi wisata yang seringkali merugikan wisatawan. Untuk itu, pihaknya berharap ada rancangan peraturan gubernur tentang pramuwisata yang mengatur tentang tata cara menjadi pramuwisata yang beretika dan memberikan pelayanan dengan baik kepada wisatawan.
Gubernur Nusa Tenggara Barat, Tuan Guru Dr M Zainul Majdi mengatakan pihaknya terus mendorong menyediakan sarana prasarana serta infrastruktur penunjang kepariwisataan di daerah NTB.
“Pariwisata adalah satu kesatuan utuh, yang butuh dukungan, sinergi dan tanggung jawab semua pihak untuk keberhasilannya, mulai dari pemerintah hingga tatanan masyarakat," ungkap doktor dari Universitas Al Azhar Kairo, Mesir ini menjelaskan.