Selasa 06 Sep 2016 16:11 WIB

Stok Hewan Kurban di Pekalongan Mencukupi

Rep: eko widiyatno/ Red: Damanhuri Zuhri
hewan kurban (ilustrasi)
Foto: Irwan Kelana/Republika
hewan kurban (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KAJEN -- Ketersediaan hewan kurban di Kabupaten Pekalongan untuk menghadapi Hari Raya Idul Adha, dinilai tidak ada masalah. Kepala Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan (DKKP) Kabupaten Pekalongan, Siswanto, menyatakan populasi ternak sapi di wilayahnya diperkirakan mencapai sekitar 23 ribu ekor.

''Kami perkirakan, kebutuhan hewan kurban yang meliputi sapi, kambing dan kerbau, tahun ini sekitar 5.000 ekor. Untuk kebutuhan sapi kurban sekitar 1.500 ekor, kambing sebanyak 2.500 ekor dan kerbau sebanyak sekitar 100 ekor. Jadi saya kira tak ada masalah dengan kebutuhan hewan kurban,'' jelasnya, saat mendampingi Wakil Bupati Arini Harimurti, memantau hewan kurban di Pasar Wiradesa, Selasa (6/9).

Bahkan bila terjadi kekurangan, Siswanto menyebutkan, saat ini cukup banyak hewan kurban dari luar daerah yang masuk ke Kabupaten Pekalongan. Dia menyatakan, kebanyakan hewan kurban yang masuk wilayahnya, ada yang hanya sekadar transit menuju Jakarta, tapi ada juga yang memang untuk dijual di Pekalongan.

''Kebanyakan sapi yang masuk ke Kabupaten Pekalongan, berasal dari Jawa Timur. Karena itu, secara umum kondisi kesehatan sapi umumnya sehat. Hanya mungkin stres dan lelah karena menempuh perjalanan cukup panjang,'' katanya.

Sementara mengenai harga, Siswanto mengakui untuk semua jenis hewan kurban, terutama sapi, mengalami kenaikan harga menjelang Hari Raya Idul Adha seperti sekarang ini. Namun dia menilai, tingkat kenaikan masih wajar karena hanya berkisar antara 10-15 persen.

Wakil Bupati Pekalongan Arini Harimurti, juga menyatakan, berdasarkan laporan yang dia terima, kondisi ternak yang akan menjadi hewan kurban di wilayah Pekalongan, relatif sehat. ''Kita belum pernah menerima adanya sapi yang terkena Antrax. Mudah-mudahan, hingga saat penyembelihan nanti, tidak ada sapi yang mengalami penyakit seperti itu,'' jelasnya.

Sementara di Kabupaten Cilacap, petugas dari Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertanak) Kabupaten Cilacap saat ini sedang menggiatkan pengawasan penyakit pada hewan kurban, khususnya sapi. 

Medic Veteriner Madya Dinpertan Kabupaten Cilacap, drh Pranata Sadewa, menyatakan pada saat musim kemarau basah seperti sekarang, penyakit ternak sapi yang perlu diwaspadai adalah penyakit demam tiga hari.

''Penyakit ini disebarkan oleh nyamuk. Meski tidak membahayakan, namun sapi yang terserang penyakit ini akan mengalami penurunan bobit drastis dalam waktu yang singkat,'' katanya.

Meski belum mewabah, namun drh Pranata menyatakan, jumlah ternak sapi yang terserang penyakit ini cukup banyak. Dari sekitar 50 ekor sapi dalam satu kandang yang diperiksa ada tiga sampai empat ekor sapi atau sekitar lima persen yang terserang penyakit ini.

Menurutnya, ciri-ciri sapi yang terserang penyakit ini, antara lain pada hari pertama sapi tidak bisa menelan makanan dan minum. Sementara dari bagian mulutnya, selalu keluar air liur.

Kemudian pada hari kedua, mulai terjadi penurunan berat badan dan sapi tidak bisa berdiri. ''Jika sampai hari ketiga belum ditangani, sapi dengan bobot yang gemuk bisa ambruk dengan kondisi mata memutih,'' jelasnya.

Dia menambahkan, pengobatan penyakit ini sebenarnya mudah. Bila diberi obat turun panas khusus ternak sapi, maka dalam tempo 30 menit obat akan bereaksi dan kondisi ternak akan membaik. ''Namun bagi ternak yang bobotnya sudah turun, tentu membutuhkan waktu lama agar bobotnya bisa kembali gemuk,'' katanya.

Untuk itu, jika ada peternak yang ternaknya terserang penyakit ini, segera menghubungi petugas Dispertanak Cilacap untuk mendapatkan penanganan.

''Jangan sampai terlambat dilakukan penanganan, karena Hari Raya Idul Adha sudah semakin dekat. Kalau diobati lebih dini, maka bobot sapi tidak akan mengalami turun drastis,'' katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement