REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hingga kini teknik pembangunan rumah di Shibam belum berubah. Breton mengungkapkan, rumah bersusun layaknya apartemen di Shibam hingga kini masih dibangun dengan cara tradisional yang sama. Untuk membangun rumah bertingkat tersebut, mereka harus menggali jauh ke dalam untuk menemukan tanah keras.
Langkah berikut adalah membuat bagian parit dan yang dilapisi kotoran hewan dan ditutupi dengan lapisan garam. Struktur kayu juga digunakan untuk memperkuat bangunan bertingkat di setiap lantai. Pilar-pilar di kamar yang lebih besar sering dibuat dari batang kayu kecil dan langit-langit balok dibagi batang kurma.
(Baca: Shibam, Manhattan di Gurun Pasir)
Cara ini terus dilakukan hingga ke lantai berikutnya. Untuk mengurangi kerapuhan struktur bagian bawah, bata lumpur di lantai dasar dipertebal, sedangkan di lantai paling atas semakin tipis. Setiap dinding kemudian dipelester dengan cairan campuran kapur, abu kayu, dan pasir untuk menjaga keretakan dinding. "Lapisan ini terbukti telah mampu bertahan lebih dari 50 tahun hingga kemudian diplester kembali," ujarnya. Eksterior dari setiap bangunan ini memang cukup sederhana.
(Baca Juga: Awal Mula Pembangunan Shibam)
Setiap pintu di bangunan ini sengaja dibuat lebih pendek untuk menghormati pemilik rumah. Sedangkan, jendela bangunan dibuat dengan bingkai pahatan kayu dan penggunaan kisi mashrabiya. Uniknya hampir setiap ruangan di apartemen berstruktur lumpur ini memiliki saluran udara yang terhubung antara satu ruangan dan ruangan lain sehingga sirkulasi udara di dalam bangunan yang cenderung terlihat sempit ini cukup baik dan mampu menjaga suhu dingin di dalam ruangan.
Di dalam Shibam, walaupun sebagian besar struktur bangunan didominasi oleh rumah permukiman, ada bangunan penting bersejarah lain di kota tembok ini, di antaranya dua istana pemerintah dan beberapa masjid tua. Istana ini telah mengalami renovasi besar-besaran dan kini difungsikan sebagai museum arkeologi Shibam yang memuat sejarah penting kota ini. Di museum ini disimpan lembaran tulisan, patung perunggu, dan benda arkeologi penting dalam perkembangan wilayah Hadramaut di Yaman Selatan.